Kamis, 06 Januari 2011

Kenapa Harus Sholat?


Kira-kira 14 abad silam Rasulullah SAW diisra’ dan mi’rajkan oleh Alloh SWT kehariban-Nya, dimana beliau mendapatkan perintah Sholat fardhu 5 waktu sebagai konsekuensi seorang hamba yang menyerahkan dirinya kepada Rabbnya, sebagai konsekuensi logis dari pernyataan dan pengakuan bahwa ia seorang Muslim dan beragama Islami. Dimana perintah tersebut sudah ada sejak jaman Nabi Adam AS namun hanya berbeda bilangan rakaatnya. Dalam QS Al Baqoroh Ayat 110, Alloh berfirman:

dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.

Manusia sering mengabaikan sholat padahal ia seorang yang mengaku beragama Islam. Sering beranggapan bahwa sholat tidak mendatangkan rejeki, sholat terus tapi tetap saja tidak kaya atau bahkan dengan sholat rejekinya akan hilang karena kesempatan untuk bekerja hilang. Tentu hal tersebut tidaklah benar, dan itu adalah anggapan yang salah dan tanda bahwa pemikiran kita lemah.
Kita perlu mengingat bahwa sholat bukan untuk mencari rejeki, tapi sholat adalah sebagai ungkapan terima kasih seorang hamba kepada Rabbnya selain sebagai sebuah kewajiban. Alloh SWT berfirman: QS: Thaha 132:

dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.





Bukankah Alloh SWT telah menganugerahkan kepada rizki yang begitu banyak kepada kita, manusia hanya menganggap bahwa rezki adalah uang. Bukankah anggota badan yang lengkap juga rezki yang berharga, kesempatan hidup juga rezki, keluarga, pekerjaan meskipun sederhana juga rizki karena nyatanya kita juga bisa hidup hingga saat ini dengan hal itu, lihatlah disekeliling kita masih banyak orang yang kurang beruntung dibanding kita. Mengapa tidak kita bayangkan jika Alloh pemilik diri dan alam semesta ini mengambil haknya dari kita. Kita tentu sependapat jika ada anak yang apabila diberi uang oleh orang tuanya kemudian ia membantah dan mengabaikan perintah orang tuanya ia tidak baik dan kita tidak suka, atau anak yang diberikan biaya, nafkah maka ia selayaknya patuh dan taat kepada orang tuanya?, bukankah seorang pekerja mau patuh pada atasannya lantaran ada imbalan, dan sepantasnya ia patuh kepadanya?. Lalu kenapa kita tidak patuh dan tunduk kepada Alloh SWT yang telah memberikan imbalan kepada kita berupa rizki kehidupan dan kesehatan hingga saat ini, yang telah memberikan kesempurnaan fisik kepada kita, memberikan kita pendamping yag senantiasa mendampingi kita dikala susah dan senang, memberikan kita keturunan yang dapat dibanggakan, memberikan waktu untuk berkarya dan membantu orang lain, dan memberi kita banyak hal hingga kita tentu tak sanggup menghitungnya. Dalam Al-Quran Alloh mengajarkan kepada kita: QS Ibrahim 34;

dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).

Kita mesti ingat bahwasanya manusia tidak lepas dari sebab-akibat, segala sesuatu ada balasannya, walaupun itu sebesar biji. Ada hukuman ada pula penghargaan, ada kesungguhan adapula kepuasan, begitu juga ada dosa dan ada pahala, karena hidup adalah pilihan, sudah tersedia antara yang baik dan yang salah, yang benar dan yang batil,. Alloh SWT berfirman dalam Surat An-Nisa 132:

(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.

Begitu juga dalam surat Al-Qhashas 84:
Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, Maka baginya (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kejahatan, Maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan.

Namun Alloh SWT adalah Maha Penyayang kepada hambanya yang mau berserah diri, dan bertaubat atau tidak mengulangi lagi perbuatannya, selama kita tidak berbuat syirik atau tidak menduakannya dengan sesuatu kekuatan dan kekuasaan apapun. Alloh SWT telah memberikan arahan dalam hal ini dalam surat Annisa 48:

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.

Dalam sebuah kisah Islam diceritakan; pada zaman nabi Musa AS, seorang perempuan datang dengan duka cita yang mencekam, kerudungnya menutup rapat seluruh wajahnya, wajahnyanya yang putih dan ayu tetap tidak bisa menutup kesedihan hatinya yang dalam, ia mengetup pintu rumah Nabi Musa AS, kemudian ia masuk namun tetap menundukkan mukanya, ia berkata; wahai Nabi Alloh, aku memohon kepadamu agar engkau berkenan memohonkan ampunan untuk”, lalu Nabi Musa AS menjawab, “kenapa aku harus memohonkan ampunan, dosa apa yang telah kamu perbuat?”, tanya Musa AS, kemudian perempuan tersebut sambil menangis menjawab, “aku telah berbuat zina”, mendengar jawaban itu wajah Nabi Musa AS terlihat sangat marah, namum belum sampai menjawab, perempuan itu sambil menangis menambahkan. “Lalu aku melahirkan bayi dan membunuhnya”. Kemarahan Nabi Musa AS tak terbendung dan berkata:” pergi engkau wahai perempuan laknat dari rumahku sebelum Alloh menimpakan azab dirumahku”. Kemudian perempuan dengan sangat sedih dan semakin menangis, ia keluar dari rumah Nabi Musa AS dengan hati bagaikan kaca yang membentur batu karena ia tidak tahu lagi kemana ia harus mengadu, bila nabi saja menolaknya bagaimana sepeninggalnya. Namun tak lama kemudian datanglah Jibril menghampiri Nabi Musa AS dan berkata: Wahai Nabialloh Musa, kenapa engkau mengusir perempuan tadi yang hendak bertaubat, tahukan engkau bahwa Alloh SWt adalah Maha Penerima Taubat dan sesungguhnya masih ada dosa yang lebih besar itu, dosa yang lebih besar dari 1000 kali berzina. Nabi Musa AS, terkejut dan bertanya kepada Jibril: “ Wahai Jibril, beritahukan kepadaku dosa apakah itu yang lebih kejam dari berzina dan membunuh?, Jawab Jibril:” Meninggalkan Sholat dengan sengaja dan tanpa menyesal, karena ia sama saja dengan menganggap Alloh SWT tidaklah penting dan menafikannya. Sedangkan orang yang mau bertaubat dan berarti ia masih memiliki iman didadanya dan selalu mengharap dan menganggap Alloh SWT adalah tempat kembali dan Maha Penerima Taubat”. Kemudian Nabi Musa AS sadar bahwa ia telah keliru, dan segera memanggil kembali perempuan tadi dan memohonkan ampunan kepada Alloh SWT. Dalam sebuah hadits lain diriwayatkan, bahwa meninggalkan sholat dengan sengaja, maka dosanya lebih besar dari membakar 70 Al-Qur’an, membunuh 70 Nabi dan berzina dengan ibunya di dalam Ka’bah. Sedangkan dalam riwayat lain disebutkan bahwa mengakhirkan sholat hingga habis waktunya, maka ia akan disiksa didalam neraka selama 1 khuqu’. 1 khuqu’ sama dengan 80 tahun, satu tahun sama dengan 365 hari dan 1 hari di akherat sama dengan 1000 tahun di dunia.
Kadang kita jika ditanya tentang kapan sholat atau kenapa tidak sholat, sering kita menjawab, sholat itu nanti kalau sudah tua, nanti kalau sudah pensiun, lebih baik tidak sholat daripada sholat tapi masih berbuat maksiat, atau bahkan naudzubillah sholat tidak perlu yang penting Islam dan berbuat baik. Lalu kenapa kenapa kita sering meminta Alloh SWT sesegera mungkin mengabulkan permohonan kita?padahal kita sangat sering menunda sholat sebagai kewajiban kita. Rasulullah SAW bersabda yang diriwayatkan oleh Bukhari, Janganlah menuntut Alloh SWT karena keterlambatan permintaanmu, tapi tuntutlah dirimu sudahkah memenuhi kewajibanmu kepada Alloh SWT. Jika sholat nanti kalu sudah tua atau nanti kalau sudah pensiun, bukankah umur bukan milik kita, tidak tahu sampai kapan kita hidup karena apabila ajal datang tidak ada yang bisa menunda atau mensegerakannya. Allo SWT mengingatkan dalam Al-Quran Surat Yunus 49:

tiap-tiap umat mempunyai ajal. apabila telah datang ajal mereka, Maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya).

Jika kita beranggapan bahwa lebih baik tidak sholat daripada sholat tapi masih berbuat maksiat, lalu kenapa kita juga tidak berpikir, jikalau saja yang sholat masih berbuat maksiat, lalu bagaimana dengan yang tidak mengerjakan sholat, bukankah pasti lebih banyak berbuat maksiat. Perlu diingat bahwa manusia adalah tempat mahalul khoto’ wan nisyan, (tempat kesalahan dan kelalaia). Dan juga Rasulullah SAW berpesan dalam sebuah Hadits: “ Khassinu sholatakum” (perbaikilah sholat kalian!). sedangkan Alloh SWT berfirman dalam Surat Al Ankabut 45.

bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Berarti, kita harus secara terus menerus memperbaiki sholat kita jika dalam kehidupan ini kita masih melakukan perbuatan yang keji dan mungkar dengan tidak lepas dari membaca Al-Quran sebagai panduan.
Dan naudzubillah jika kita sampai menganggap bahwa sholat tidak perlu yang penting Islam dan berbuat baik. Bukankah kita semua akan mati, setelah itu amalan kita akan diperhitungkan. Dan Rasulullah SAW bersabda: “ Sesungguhnya amalan pertama yang diperhitungkan pada hari kiamat adalah sholat”. Dan bukankah islam didirikan atas lima perkara diantaranya adalah sholat, dan berbuat baik saja tidak cukup karena berbuat baik hanya muamalah dengan manusia, sedangkan manusia wajib menyembah kepada penciptanya yaitu Alloh SWT. Karena Alloh SWT tidaklah menciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk menyembahNya.
Sedangkan jika manusia berbuat baik tanpa landasan iman maka amalan-amalannya adalah sia-sia Alloh SWT berfirman dalam Surat Annur 39:

dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu Dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya.

artinya Orang-orang kafir, karena amal-amal mereka tidak didasarkan atas iman, tidaklah mendapatkan Balasan dari Tuhan di akhirat walaupun di dunia mereka mengira akan mendapatkan Balasan atas amalan mereka itu.

Maka, kenapa kita mesti menunda untuk menjadi manusia yang tahu diri, manusia yang tahu terima kasih kepada Rabbnya, manusia yang berorientasi bukan hanya duniawi tapi juga memiliki visi ukhrawi, mensiapkan diri sejak dini untuk mempersiapkan sesuatu yang pasti terjadi. Alloh SWT menciptakan sesuatu tidak akan pernah sia-sia, jika Alloh SWT memerintahkan Sholat kepada hambanya tentu ia memiliki dampak positif bagi hambanya dan berbagai rahasia yang pemikiran manusia tidak mampu untuk mencapainya.
Ada seorang dokter di Amerika telah memeluk Islam karena beberrapa keajaiban yang ditemui dalam penelitianya, ia terkagum-kagum dengan penelitiannya hingga seperti tidak bisa diterima oleh akal pikiran. Dia adalah seorang dokter neurologi, setelah memeluk islam ia yakin dengan pengobatan islami yang kemudia membuka klinik bernama “pengobatan melalui Al-Qur’an”, dimana pengobatan melalui puasa, madu, biji hitam (jinten) dan sebagainya. Ketika ditanya tentang kenapa ia tertarik memeluk Islam, ia mengatakan pada saat penelitian ada beberapa urat syaraf didalam otak manusia yang tidak dimasuki oleh darah. Pada setiap inci otak manusia memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi secara normal. Setelah melakukan kajian penelitian beberapa waktu, ia menemukan bahwa terdapat syaraf yang tidak dapat dimasuki oleh darah melainkan seseorang tersebut ketika sholat, yaitu pada saat sujud. Urat tersebut memerlukan darah pada saat tertentu saja, ini artinya darah tersebut memasuki saraf menurut kadar waktu yang ditentukan yaitu saat sholat yang diwajibkan oleh umat Islam. Jadi barang siapa yang tidak melaksanakan sholat maka saraf otaknya tidak dapat menerima aliran darah yang cukup untuk berfungsi secara normal. Karena itu penciptaan manusia itu sebenarnya adalah menganut agama Islam sepenuhnya/kaffah, karena yang memerintahkan sholat adalah sang Pencipta manusia.
Alloh SWT memerintahkan atau melarang sesuatu kepada hambanya karena sang pembuat tentu tahu apa yang terbaik dari produk yang dihasilkannya, adapun segala larangan dan musibah yang ada lantaran Alloh SWT ingin menguji sejauh mana ketaatan seorang hamba kepada Alloh SWT dan Rasulnya dan siapa diantara hambanya yang lulus. Alloh SWT memberithukan hal ini melalui Al-Quran Surat Ali Imran 142:

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, Padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad (bersungguh-sungguh dalam menjalankan ajaran islam) diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.

Maka ketika Rasulullah SAW ditanya oleh orang-orang kafir quraisy Mekkah , “ hai, Muhammad, kenapa kamu menyuruh kami untuk menyembah Tuhanmu, maka turunlah ayat dalam Surat An-Naml 91-93

91. aku hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini (Mekah) yang telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu, dan aku diperintahkan supaya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri.
92. dan supaya aku membacakan Al Quran (kepada manusia). Maka Barangsiapa yang mendapat petunjuk Maka Sesungguhnya ia hanyalah mendapat petunjuk untuk (kebaikan) dirinya, dan Barangsiapa yang sesat Maka Katakanlah: "Sesungguhnya aku (ini) tidak lain hanyalah salah seorang pemberi peringatan".
93. dan Katakanlah: "Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, Maka kamu akan mengetahuinya. dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan"
.

waalahu'alam bisshowab

Comments :

0 komentar to “Kenapa Harus Sholat?”

Posting Komentar


Hadits tentang Puasa Asyura (Hari kesepuluh bulan Muharram

Berdasarkanbeberapa hadits ditemukan anjuran Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam kepada ummat Islam agar melaksanakan puasa di tanggal sepuluh bulan Muharram. Tanggal sepuluh bulan Muharram biasa disebut Yaum ’Aasyuura (Hari kesepuluh bulan Muharram).

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Seutama-utama berpuasa sesudah bulan Ramadhan ialah dalam bulan Allah yang dimuliakan - yakni Muharram - dan seutama-utama shalat sesudah shalat wajib ialah shaliatullail - yakni shalat sunnah di waktu malam." (Riwayat Muslim)

Suatu ketika Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mendapati kaum Yahudi sedang berpuasa pada hari ’Asyuura. Lalu beliau bertanya mengapa mereka berpuasa pada hari itu. Merekapun menjelaskan bahwa hal itu untuk memperingati hari dimana Allah telah menolong Nabi Musa bersama kaumnya dari kejaran Fir’aun dan balatentaranya. Bahkan pada hari itu pula Allah telah menenggelamkan Fir’aun sebagai akibat kezalimannya terhadap Bani Israil. Mendengar penjelasan itu maka Nabi shollallahu ’alaih wa sallam-pun menyatakan bahwa ummat Islam jauh lebih berhak daripada kaum Yahudi dalam mensyukuri pertolongan Allah kepada Nabi Musa. Maka beliau-pun menganjurkan kaum muslimin agar berpuasa pada hari ’Asyuura.


Selengkapnya

Kisah Nabi Ismail as

Sampai Nabi Ibrahim yang berhijrah meninggalkan Mesir bersama Sarah, isterinya dan Hajar, di tempat tujuannya di Palestina. Ia telah membawa pindah juga semua binatang ternaknya dan harta miliknya yang telah diperolehnya sebagai hasil usaha niaganya di Mesir.
Al-Bukhari meriwayatkan daripada Ibnu Abbas r.a.berkata:
Pertama-tama yang menggunakan setagi {setagen} ialah Hajar ibu Nabi Ismail tujuan untuk menyembunyikan kandungannya dari Siti Sarah yang telah lama berkumpul dengan Nabi Ibrahim a.s. tetapi belum juga hamil. tetapi walaubagaimana pun juga akhirnya terbukalah rahasia yang disembunyikan itu dengan lahirnya Nabi Ismail a.s. .

Berita terbaru


 

Copyright © 2009 by The Power of Hikmah