Sabtu, 22 Februari 2014

Bencana dalam bingkai Hikmah

Setiap peristiwa adalah bernilai hikmah, yang jika renungkan mengandung berbagai pelajaran dan peringatan yang tentunya agar manusia senantiasa lebih memahami siapa dirinya yang sebenarnya.
Dan siapa yang memiliki kekuasaan mutlak di alam ini. Meskipun peristiwa tersebut pada saat awal-awalnya terkadang menurut anggapan manusia adalah musibah atau sengsara.

Membaca, mendengarkan dan melihat dibeberapa media, akhir-akhir telah terjadi berbagai peristiwa yang sempat menguras air mata, menarik nafas dalam dan menyisakan duka yang dalam para korban, yaitu mulai dari gempa, tanah longsor, banjir dan letusan gunung berapi. Yang mana jika direnungkan berbagai peristiwa tersebut mengandung berbagai hikmah diantaranya:

Pertama: sebagai TEGURAN. Yaitu teguran kepada manusia kufur yang telah dilalaikan dengan dunia dengan segala hiruk pikuk kenikmatan, kemapanan dan kemajuan teknologi yang ada, manusia yang menganggap agama tidak penting dan mendustakannya. Mereka itu sedang ditegur oleh Allah SWT agar kembali merapat kepada-Nya dengan menjalankan fungsinya utamanya yaitu beribadah  dan bersyukur atas segala dicapainya, Allah SWT berfirman dalam al-Quran :
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi (menyembah) kepada-Ku.” QS. Adz-Dzariyat: 56 dan
Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu[971] dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku” QS. Al-Anbiya 92.

Dari ini mungkin kita bisa sedikit bertafakur atas secuil contoh teguran Allah SWT terhadap representasi kemajuan teknologi ilmu pengetahuan dan peradaban yang diagungkan dan bahkan dipertuhankan oleh manusia. Dimana Allah SWT cukup hanya menjadikan sekali erupsi letusan kelud, material abu vulkanik membumbung setinggi 17 kilometer, tujuh bandara dipulau jawa lumpuh total dalam beberapa hari, bahkan jalur penerbangan australia harus diubah rutenya.   

Kedua: sebagai UJIAN. Yaitu ujian untuk hamba yang beriman, apakah kadar kesungguhan taqwa dan kesabaran tetap konstan alias istiqomah dengan dihadirkannya berbagai peristiwa musibah baik gempa, banjir, atau gunung meletus. Allah SWT berfirman:
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah SWT orang-orang yang berjihad (sungguh-sungguh dalam melaksanakan perintah dan larangan) diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar” QS. Ali Imran 142.

Dalam insiden gempa, tanah longsor ataupun erupsi letusan kelud, terdapat kerusakan sawah ladang dan beberapa masjid dan mushalla rusak. Jika tempat ibadah sebagai representasi ketaatan, dan sawah ladang representasi kemakmuran, maka Allah SWT sedang menguji seberapa besar kadar istiqomah dan kesabaran seorang hamba.  

Ketiga: sebagai PENGAKUAN. Yaitu sebagai peringatan kepada yang ingkar dan kafir, bahwa tidak ada kehebatan dan kedigdayaan kecuali Allah SWT. Segala sesuatu yang menentukan adalah Allah SWT, segala sesuatu yang menciptakan atau meniadakan adalah Allah SWT dan segala sesuatu itu adalah milik dan karena Allah SWT semata. Allah SWt berfirman:
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”.QS. Thaha 14
Dalam ayat lain disebutkan;
“Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu” QS. Ar.Rad 2.

Sebuah penelitian, dikutip dari republika online Rabu, 15 Juni 2011, dengan menggunakan tanaman cabai yang ditanam dalam polybag, ternyata Hasil fermentasi abu vulkanik Gunung Merapi dengan effective microorganisme (EM 4) akan mempercepat pertumbuhan tanaman, demikian hasil penelitian tiga siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Candimulyo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Tiga siswa kelas VIII SMPN 3 Candimulyo, yakni Nazola Soares, Dwi Ristanti, dan Tri Wahyuni. Dan masih banyak lagi manfaat lain selain menyuburkan tanah, juga sebagai penangkap hujan (hujan olografis), memperluas area pertanian, memperbanyak budidaya tanaman, barang tambang (mineral) semakin dekat ke permukaan bumi, mempererat jiwa sosial, pariwisata dan sanatorium (tempat perawatan orang2 yg sakit paru2 karena udara yg sejuk).

Manfaat tersebut diawali dengan mudharat bagai manusia berupa kehancuran, kerusakan, rawan terjangkit pernafasan dan berbagai kerugian jiwa dan material.

Mengutip tradisi masyarakat jawa gothak gathuk enthuk dari berbagai pesan di media sosial, twitter, facebook dan blackberry, peristiwa alam atau peristiwa lain yang menjadi perhatian masyarakat, misal letusan kelud, dimana Erupsi pertama Gunung Kelud terjadi pada pukul 22.50 Waktu Indonesia Barat (WIB), Kamis, 13 Februari 2014. Lalu, mari kita buka Al-Quran surat ke-22, Al-Hajj, Ayat 50, yaitu: "Falladziina Amanu Wa'amilus Shoolihaati Lahum Maghfirotuw Warizqun Kariim" artinya "Maka orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia".

Lalu, sesuai tanggal kejadian erupsi Gunung Kelud, 13 Februari (13/2), mari kita lihat Al-Qur'an surat ke 13, Ar-Ra'd, ayat dua, yaitu: "Allahul Ladzi Rofa'as Samaawaati Bighoiri A'madin Tarownahaa Tsummastawaa A'lal A'rsyi Wasakhkhorosy Syamsa Walqomaro. Kulluy Yajri Liajalimmusamma. Yudabbirul Amro Yufashshilul Aayaati La'allakum Biliqoooi Robbikum Tu'kinuun". Yang artinya "Allah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas A'rsy. Dia menundukkan matahari dan bulan, masing-masing beredar menurut waktu yang telah ditentukan. Dia mengatur urusan (mahluk-Nya), dan menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), agar kamu yakin pertemuan dengan Tuhanmu.  

Terlepas dari itu, wajiblah diyakini bahwa Allah SWT-lah yang menjadikan segala peristiwa manfaat dan mudharat, dimana keduanya demi kebaikan makhluknya di dunia dan akhirat.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” QS. Ali Imran 190-191

Wallahu a’lam bis showab.  

Comments :

0 komentar to “Bencana dalam bingkai Hikmah”

Posting Komentar


Hadits tentang Puasa Asyura (Hari kesepuluh bulan Muharram

Berdasarkanbeberapa hadits ditemukan anjuran Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam kepada ummat Islam agar melaksanakan puasa di tanggal sepuluh bulan Muharram. Tanggal sepuluh bulan Muharram biasa disebut Yaum ’Aasyuura (Hari kesepuluh bulan Muharram).

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Seutama-utama berpuasa sesudah bulan Ramadhan ialah dalam bulan Allah yang dimuliakan - yakni Muharram - dan seutama-utama shalat sesudah shalat wajib ialah shaliatullail - yakni shalat sunnah di waktu malam." (Riwayat Muslim)

Suatu ketika Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mendapati kaum Yahudi sedang berpuasa pada hari ’Asyuura. Lalu beliau bertanya mengapa mereka berpuasa pada hari itu. Merekapun menjelaskan bahwa hal itu untuk memperingati hari dimana Allah telah menolong Nabi Musa bersama kaumnya dari kejaran Fir’aun dan balatentaranya. Bahkan pada hari itu pula Allah telah menenggelamkan Fir’aun sebagai akibat kezalimannya terhadap Bani Israil. Mendengar penjelasan itu maka Nabi shollallahu ’alaih wa sallam-pun menyatakan bahwa ummat Islam jauh lebih berhak daripada kaum Yahudi dalam mensyukuri pertolongan Allah kepada Nabi Musa. Maka beliau-pun menganjurkan kaum muslimin agar berpuasa pada hari ’Asyuura.


Selengkapnya

Kisah Nabi Ismail as

Sampai Nabi Ibrahim yang berhijrah meninggalkan Mesir bersama Sarah, isterinya dan Hajar, di tempat tujuannya di Palestina. Ia telah membawa pindah juga semua binatang ternaknya dan harta miliknya yang telah diperolehnya sebagai hasil usaha niaganya di Mesir.
Al-Bukhari meriwayatkan daripada Ibnu Abbas r.a.berkata:
Pertama-tama yang menggunakan setagi {setagen} ialah Hajar ibu Nabi Ismail tujuan untuk menyembunyikan kandungannya dari Siti Sarah yang telah lama berkumpul dengan Nabi Ibrahim a.s. tetapi belum juga hamil. tetapi walaubagaimana pun juga akhirnya terbukalah rahasia yang disembunyikan itu dengan lahirnya Nabi Ismail a.s. .

Berita terbaru


 

Copyright © 2009 by The Power of Hikmah