Senin, 05 Desember 2011

Refleksi 1 Muharram


Peristiwa ini datang lagi, terus berulang sejalan dengan ritme kehidupan kita yang penuh warna. Seakan mengingatkan perjalanan hidup setahun yang lalu, agar senantiasa bermuhasabah untuk merefleksikan diri menjadi pribadi-pribadi yang shaleh spiritual, intelektual dan sosialnya.

Mengupas sisi-sisi kehidupan diri yang kelam agar menjadi lebih terang lagi di masa yang akan datang, mengugah motivasi diri agar lebih semangat dalam beribadah dan berkarya agar lebih bermanfaat dengan landasan aqidah yang kuat. Perjalanan hidup jika direnungkan sejenak akan terasa alarm time out pengingat begitu dekat, tak terasa semakin tua dengan melihat generasi muda setelah kita begitu cepat, kata “dulu waktu muda..”, “dulu waktu masih sma..” dulu waktu masih kecil..” dulu.. dulu.. dan dulu..” sering kita ucapkan, kita dikelilingi anak-anak, saudara yang sudah besar yang tak terbayangkan, yang dulu sering kita timang, ajak bermain, dan bercanda. Ternyata tanpa sadar sebenarnya kita sudah menjadi generasi tua. Lalu kalau sudah tua, mungkin sudah mendekati separuh dari umur, (Jika Rasulullah SAW hingga berumur 63 beliau wafat), maka apa yang sudah kita siapkan untuk bekal di kehidupan selanjutnya? Sudah kah memberikan sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain dan diri kita. Berapa amalan baik dan buruk yang kadang tak terasa kita lakukan.

Sudah cukupkah untuk bekal jika sewaktu-waktu, Sang Pemilik kita, Allah SWT mengambil hak-Nya dari diri. Jika harta, berapa persen dari harta kita yang sudah kita belanjakan di jalan Alloh SWT dan dikeluarkan untuk orang-orang yang berhak menerimanya?, jika amalan, berapa banyak amalan baik dan buruk yang sudah kita lakukan?, jika ibadah, berapa banyak waktu kita yang kita pergunakan antara urusan dunia dan akhirat?.. bukankan kita sering lebih takut orang daripada Allah SWT lantaran urusan dunia, sehingga mengabaikan urusan akhirat?.naudzubillah.. hanya diri kita masih-masing yang bisa menjawab dan menelaah.

Maka di moment inilah, muharram, tahun baru Islam.. saatnya merefleksikan diri untuk bermuhasabah, meningkatkan diri, meng-improve diri agar lebih shaleh spiritual, emosional, intelektual dan sosial kita, serta lebih santun dalam bermuamalah. Sehingga amalan di dunia ini menjadi sarana untuk meraih kesuksesan akhirat.
Dalam Al-Quran Alloh SWT berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS, Al-Hasyr -18)

Semoga amal keburukan dan dosa kita diampuni oleh Allah SWT serta selalu diberi petunjuk, taufiq, dan ridho oleh Allah SWT dalam menjalani kehidupan ini. Amin ya rabbal alamain.

Selamat Tahun Baru Hijriyah 1433.



Comments :

0 komentar to “Refleksi 1 Muharram”

Posting Komentar


Hadits tentang Puasa Asyura (Hari kesepuluh bulan Muharram

Berdasarkanbeberapa hadits ditemukan anjuran Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam kepada ummat Islam agar melaksanakan puasa di tanggal sepuluh bulan Muharram. Tanggal sepuluh bulan Muharram biasa disebut Yaum ’Aasyuura (Hari kesepuluh bulan Muharram).

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Seutama-utama berpuasa sesudah bulan Ramadhan ialah dalam bulan Allah yang dimuliakan - yakni Muharram - dan seutama-utama shalat sesudah shalat wajib ialah shaliatullail - yakni shalat sunnah di waktu malam." (Riwayat Muslim)

Suatu ketika Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mendapati kaum Yahudi sedang berpuasa pada hari ’Asyuura. Lalu beliau bertanya mengapa mereka berpuasa pada hari itu. Merekapun menjelaskan bahwa hal itu untuk memperingati hari dimana Allah telah menolong Nabi Musa bersama kaumnya dari kejaran Fir’aun dan balatentaranya. Bahkan pada hari itu pula Allah telah menenggelamkan Fir’aun sebagai akibat kezalimannya terhadap Bani Israil. Mendengar penjelasan itu maka Nabi shollallahu ’alaih wa sallam-pun menyatakan bahwa ummat Islam jauh lebih berhak daripada kaum Yahudi dalam mensyukuri pertolongan Allah kepada Nabi Musa. Maka beliau-pun menganjurkan kaum muslimin agar berpuasa pada hari ’Asyuura.


Selengkapnya

Kisah Nabi Ismail as

Sampai Nabi Ibrahim yang berhijrah meninggalkan Mesir bersama Sarah, isterinya dan Hajar, di tempat tujuannya di Palestina. Ia telah membawa pindah juga semua binatang ternaknya dan harta miliknya yang telah diperolehnya sebagai hasil usaha niaganya di Mesir.
Al-Bukhari meriwayatkan daripada Ibnu Abbas r.a.berkata:
Pertama-tama yang menggunakan setagi {setagen} ialah Hajar ibu Nabi Ismail tujuan untuk menyembunyikan kandungannya dari Siti Sarah yang telah lama berkumpul dengan Nabi Ibrahim a.s. tetapi belum juga hamil. tetapi walaubagaimana pun juga akhirnya terbukalah rahasia yang disembunyikan itu dengan lahirnya Nabi Ismail a.s. .

Berita terbaru


 

Copyright © 2009 by The Power of Hikmah