Selasa, 06 November 2012

NIKMATILAH, KARENA INI JUGA AKAN BERLALU

Saat di depan kita terhidang nasi sayur tahu tempe, mengapa mesti sibuk berandai-andai dapat makan ikan, daging atau ayam ala resto? Padahal kalau saja menikmati apa yang ada tanpa berkeluh- kesah, pastilah rasanya tak jauh beda. Karena enak atau tidaknya makanan lebih tergantung kepada rasa lapar dan mau tidaknya kita menerima apa yang ada. Maka nikmatilah, karena jika terus mengharap makanan yang lebih enak, makanan yang ada di depan akan basi, padahal belum tentu besok akan mendapatkan yang lebih baik daripada hari ini.

Saat menemui udara pagi ini cerah, langit hari ini biru indah, mengapa sibuk mencemaskan hujan yang tak kunjung datang? Padahal kalau saja menikmati adanya tanpa keluh-kesah, pastilah dapat mengerjakan begitu banyak kegiatan dengan penuh kegembiraan. Maka nikmatilah, jangan malah resah memikirkan hujan yang tak kunjung tumpah. Karena jika tak menikmatinya, maka saat tiba masanya hujan menggenangi tanah, kita pun kan kembali resah memikirkan kapan hujan berhenti Percayalah, semua ini akan berlalu, maka mengapa harus memikirkan sesuatu yang tak ada, namun suatu saat pasti akan hadir jua? Sedang hal itu hanya akan membuat kita kehilangan keindahan hari ini karena mencemaskan sesuatu yang belum pasti.

Saat memiliki sebuah pekerjaan dan mendapatkan penghasilan, meski tak sesuai dengan yang diinginkan, mengapa mesti kesal dan membayangkan pekerjaan ideal yang jauh dari jangkauan? Padahal kalau saja menikmati apa yang dimiliki, tentu akan lebih mudah menjalani. Maka nikmatilah, karena bisa jadi saat dapatkan apa yang diinginkan, ternyata tak seindah yang dibayangkan. Maka nikmatilah, karena bisa jadi saat sudah dilepaskan, malah akan menyesal, ternyata begitu banyak kebaikan yang tidak terlihat sebelumnya. Ternyata begitu banyak keindahan yang terlewat tak dinikmati.

Maka nikmatilah, dan jangan habiskan waktu dengan mengeluh dan menginginkan yang tidak ada. Maka nikmatilah, karena suatu saat, semua ini pun akan berlalu. Maka nikmatilah, jangan sampai kehilangan nikmatnya dan hanya mendapatkan getirnya saja. Maka nikmatilah dengan bersyukur dan memanfaatkan apa yang dimiliki dengan lebih baik lagi agar besok menjadi sesuatu yang berguna. Maka nikmatilah karena ia akan menjadi milik kita apa adanya dan hanya saat ini saja. Sedang besok bisa jadi semua telah berganti. Jika hari ini menderita, maka nikmatilah, karena ini pun akan berlalu, jangan biarkan dia pergi, kemudian ketika harus lebih menderita suatu saat nanti, tidak sanggup menahannya(naudzubillah). Maka nikmatilah rasa sedih, dengan mengenang kesedihan yang lebih dalam yang pernah dialami. Dengan membayangkan kesedihan yang lebih memar pada hari akhir nanti jika tak dapat melewati kesedihan kali ini.

Dengan menemukan penghapus dosa pada musibah yang dialami kini. Maka nikmatilah rasa galau dengan betafakkur lebih banyak atas permasalahan yang dihadapi. Dengan memikirkan kedewasaan yang kan digapai atas resah dan galau itu. Dengan kematangan yang akan dimiliki setelah berhasil melewati semua ini. Maka nikmatilah rasa marah, dengan kemampuan mengendalikan diri. Dengan memikirkan penggugur dosa yang kan didapatkan. Dengan mendapatkan kemenangan atas diri pribadi yang tak semua orang dapat lakukan.

Maka nikmatilah, dengan berpikir khusnuddhon (positif) atas apa pun yang dijalani, atas apapun yang dihadapai, atas apapun yang diterima, karena dengan begitu kita akan bahagia. Maka nikmatilah, karena ini pun akan berlalu jua. Maka nikmatilah, karena rasa puas dan syukur atas apa yang telah kita raih akan menghadirkan ketenteraman dan kebahagiaan. Sedang ketidakpuasan hanya akan melahirkan penderitaan. Maka nikmatilah, karena ini pun akan berlalu. Maka nikmatilah, agar tidak kehilangan hikmah dan keindahannya, saat segalanya telah tiada. Maka nikmatilah, agar tak hanya derita yang tersisa saat semua telah berakhir jua.

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.QS. Ibrahim.7

Mensyukuri nikmat hari ini berarti menikmati hari ini dengan mengoptimalkan segala potensi, kesempatan dan ketawadhu’an hari ini dengan sebaik-baiknya. Insyaallah secara tidak langsung akan berdampak pada hari-hari berikutnya. Tentu menikmati kondisi saat ini kadang tidaklah mudah, namun dengan watawa shaubil haqqi watawa shaubis shobri (saling menasehati dalam kebenaran/kebaikan dan saling menasehati dalam kesabaran) insyaallah semua akan lebih mudah..

Comments :

0 komentar to “NIKMATILAH, KARENA INI JUGA AKAN BERLALU”

Posting Komentar


Hadits tentang Puasa Asyura (Hari kesepuluh bulan Muharram

Berdasarkanbeberapa hadits ditemukan anjuran Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam kepada ummat Islam agar melaksanakan puasa di tanggal sepuluh bulan Muharram. Tanggal sepuluh bulan Muharram biasa disebut Yaum ’Aasyuura (Hari kesepuluh bulan Muharram).

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Seutama-utama berpuasa sesudah bulan Ramadhan ialah dalam bulan Allah yang dimuliakan - yakni Muharram - dan seutama-utama shalat sesudah shalat wajib ialah shaliatullail - yakni shalat sunnah di waktu malam." (Riwayat Muslim)

Suatu ketika Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mendapati kaum Yahudi sedang berpuasa pada hari ’Asyuura. Lalu beliau bertanya mengapa mereka berpuasa pada hari itu. Merekapun menjelaskan bahwa hal itu untuk memperingati hari dimana Allah telah menolong Nabi Musa bersama kaumnya dari kejaran Fir’aun dan balatentaranya. Bahkan pada hari itu pula Allah telah menenggelamkan Fir’aun sebagai akibat kezalimannya terhadap Bani Israil. Mendengar penjelasan itu maka Nabi shollallahu ’alaih wa sallam-pun menyatakan bahwa ummat Islam jauh lebih berhak daripada kaum Yahudi dalam mensyukuri pertolongan Allah kepada Nabi Musa. Maka beliau-pun menganjurkan kaum muslimin agar berpuasa pada hari ’Asyuura.


Selengkapnya

Kisah Nabi Ismail as

Sampai Nabi Ibrahim yang berhijrah meninggalkan Mesir bersama Sarah, isterinya dan Hajar, di tempat tujuannya di Palestina. Ia telah membawa pindah juga semua binatang ternaknya dan harta miliknya yang telah diperolehnya sebagai hasil usaha niaganya di Mesir.
Al-Bukhari meriwayatkan daripada Ibnu Abbas r.a.berkata:
Pertama-tama yang menggunakan setagi {setagen} ialah Hajar ibu Nabi Ismail tujuan untuk menyembunyikan kandungannya dari Siti Sarah yang telah lama berkumpul dengan Nabi Ibrahim a.s. tetapi belum juga hamil. tetapi walaubagaimana pun juga akhirnya terbukalah rahasia yang disembunyikan itu dengan lahirnya Nabi Ismail a.s. .

Berita terbaru


 

Copyright © 2009 by The Power of Hikmah