Sabtu, 05 April 2014

Terlaknat dan Hancurnya Kaum Pompey

Dahulu pada zaman Romawi, saat pemerintahan kaisar Oktavianus (27 SM – 14 M) hiduplah suatu penduduk atau kota yang bernama penduduk / kota Pompeii, tepatnya dekat puing kota Napoli dan sekarang berada di wilayah Campania, Itali. Kota itu didirikan sejak abad ke-6 SM oleh orang – orang Osci, yakni suatu kelompok masyarakat di Italia Tengah.

Maksiat Yang Merebak
Di dalam sejarahnya, para penduduk kota Pompeii gemar dan paling nomor satu dalam hal maksiat. Mereka sering menggelar perzinaan, homoseksual/lesbi di rumah – rumah mereka, di jalan – jalan, bahkan hampir setiap rumah adalah rumah pelacuran. Banyak juga para pendatang dari Yunani dan Venesia yang ‘menikmati’ wanita – wanita disana, berhubung kota itu juga menjadi pelabuhan yang aman oleh para pelaut.

Ketika itu sangat jarang ditemukan rumah yang benar – benar berfungsi sebagai rumah yang benar sebagaimana fungsinya, mereka tak kenal hubungan suami – istri, bagi mereka istri adalah milik bersama. Di setiap rumah juga banyak ditemukan patung – patung berbentuk alat kelamin / organ – organ vital yang merangsang libido kaum pria.


Dan juga banyak ditemukan di tembok – tembok rumah mereka gambar – gambar persetubuhan seorang lelaki dengan wanita, guna memberitahukan bahwa disitu boleh berbuat apa saja sekehendak nafsunya. Bahkan dikala itu juga banyak bertebaran homoseksual dan lesbian yang merajalela.

Suatu pertanda bahwa masyarakat itu (Pompeii) adalah masyarakat yang rendah, bahkan lebih rendah dari binatang. Naudzubillah

Kemarahan Alloh ‘Azza wa Jalla
“Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, Yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim.” (QS. Huud : 82 – 83)

Dibelakang kota itu terdapat gunung berapi yang bernama Gunung Vesuvius yang berarti Gunung Peringatan. Atas Kuasa-Nya, Allah Ta’Ala menurunkan laknat atas mereka disebabkan perbuatan mereka yang sudah melampaui batas kewajaran lagi kufur terhadap-Nya.

Gunung itu menyemburkan lahar – laharnya yang sangat panas tak terkira, padahal Allah Ta’Ala
 sudah sering peringatkan mereka lewat getaran – getaran kecil (gempa bumi) tapi mereka tetap saja durhaka. Tepat pada 24 Agustus tahun 79 M . Allah Ta’Ala meluluh lantahkan penduduk yang durhaka itu dengan batu – batu yang panas berasal dari Gunung Peringatan tersebut. Tepat pada perayaan Vulcanalia (suatu perayaan untuk menghormati dewa api Romawi). Ketika letusan terjadi, kota Pompeii kira - kira memiliki penduduk sejumlah 20.000 orang.

Mirip memang dengan peristiwa kaum Luth –‘alayhis salaam- (kaum penghuni kota Sodom) yang mana Allah Ta’Ala telah meluluhlantahkan dengan hujan batu.

“Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah (cabul) itu sedang kamu memperlihatkan(nya)?" (QS. An Naml : 54)

Setelah kejadian semburan batu panas dari Gunung Vesuvius, maka banyak ditemukan mayat – mayat bergelimpangan, dan banyak pula yang mati sedang melakukan maksiat (zina), ada juga yang melakukannya dengan sejenis dan bahkan diketahui ada yang masih berusia belia. Na’udzubiLLahi min dzalik.


Tidak ada satupun yang bisa menyelamatkan diri dari adzab-Nya, dan pada kenyataannya, mayat mereka membatu dan dibiarkan begitu saja oleh pemerintahan Romawi kala itu

Padahal, jika ditelisik lebih lanjut, telah datang Rasul – rasul dan nabi utusan Allah Ta’ala, membawa peringatan dan kabar gembira jika mereka mau befikir dan mencari kebenaran.

“Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, 'Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan dan negeri-negeri yang telah musnah?. Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata, maka Alloh tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS. At Taubah : 70)

Inilah peristiwa miris yang selalu terulang kepada manusia yang hatinya tertutup dari hidayah dan pikiranya dipenuhi dengan prilaku hidonis, materialistis dan mempertuhankan hak asasi. Sehingga syaitan menipu daya dikehidupan dunia yang fana, semu dan sangat-sangat sebentar ini, seakan-akan kekal abadi. Dan akhirnya akan mengalami kehancuran di dunia berupa penyakit yang mengerikan, hidup yang tidak tentram meski awal-awalnya seakan kemakmuran dan kepuasan, sedangkan sesudah mati atau diakhirat akan merasakan adzab yang sangat pedih. 

Padahal dunia ini hanyalah sementara, tempat beramal shaleh dan menjauhi dari perbuatan keji dan mungkar. yaitu sebagai wahana ujian ketaatan dan kepatuhan seorang hamba kepada Allah Ta'ala.

Allah mengingatkan manusia melalui Al-Quran:

"Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal syaitan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka”. (QS. An-Nisa 120)

"Dan ketika syaitan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: "Tidak ada seorang manusiapun yang dapat menang terhadapmu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu." Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), syaitan itu balik ke belakang seraya berkata: "Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah." Dan Allah sangat keras siksa-Nya." (QS. Al-Anfal 48)

"Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan" (QS.Al-An'a. 112).

Berikut tayangan bencana kaum sodom
sumber: harun yahya

Comments :

0 komentar to “Terlaknat dan Hancurnya Kaum Pompey”

Posting Komentar


Hadits tentang Puasa Asyura (Hari kesepuluh bulan Muharram

Berdasarkanbeberapa hadits ditemukan anjuran Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam kepada ummat Islam agar melaksanakan puasa di tanggal sepuluh bulan Muharram. Tanggal sepuluh bulan Muharram biasa disebut Yaum ’Aasyuura (Hari kesepuluh bulan Muharram).

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Seutama-utama berpuasa sesudah bulan Ramadhan ialah dalam bulan Allah yang dimuliakan - yakni Muharram - dan seutama-utama shalat sesudah shalat wajib ialah shaliatullail - yakni shalat sunnah di waktu malam." (Riwayat Muslim)

Suatu ketika Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mendapati kaum Yahudi sedang berpuasa pada hari ’Asyuura. Lalu beliau bertanya mengapa mereka berpuasa pada hari itu. Merekapun menjelaskan bahwa hal itu untuk memperingati hari dimana Allah telah menolong Nabi Musa bersama kaumnya dari kejaran Fir’aun dan balatentaranya. Bahkan pada hari itu pula Allah telah menenggelamkan Fir’aun sebagai akibat kezalimannya terhadap Bani Israil. Mendengar penjelasan itu maka Nabi shollallahu ’alaih wa sallam-pun menyatakan bahwa ummat Islam jauh lebih berhak daripada kaum Yahudi dalam mensyukuri pertolongan Allah kepada Nabi Musa. Maka beliau-pun menganjurkan kaum muslimin agar berpuasa pada hari ’Asyuura.


Selengkapnya

Kisah Nabi Ismail as

Sampai Nabi Ibrahim yang berhijrah meninggalkan Mesir bersama Sarah, isterinya dan Hajar, di tempat tujuannya di Palestina. Ia telah membawa pindah juga semua binatang ternaknya dan harta miliknya yang telah diperolehnya sebagai hasil usaha niaganya di Mesir.
Al-Bukhari meriwayatkan daripada Ibnu Abbas r.a.berkata:
Pertama-tama yang menggunakan setagi {setagen} ialah Hajar ibu Nabi Ismail tujuan untuk menyembunyikan kandungannya dari Siti Sarah yang telah lama berkumpul dengan Nabi Ibrahim a.s. tetapi belum juga hamil. tetapi walaubagaimana pun juga akhirnya terbukalah rahasia yang disembunyikan itu dengan lahirnya Nabi Ismail a.s. .

Berita terbaru


 

Copyright © 2009 by The Power of Hikmah