Raja Fir'aun segera mengeluarkan perintah
agar semua bayi lelaki yang dilahirkan di dalam lingkungan kerajaan Mesir
dibunuh dan agar diadakan pengusutan yang teliti sehingga tiada seorang pun
dari bayi lelaki, tanpa terkecuali, terhindar dari tindakan itu. Maka
dilaksanakanlah perintah raja oleh para pengawal dan tenteranya. Setiap rumah
dimasuki dan diselidiki dan setiap perempuan hamil menjadi perhatian mereka
pada saat melahirkan bayinya.
Raja Fir'aun menjadi tenang kembali dan
merasa aman tentang kekebalan kerajaannya setelah mendengar para anggota
kerajaannya, bahwa wilayah kerajaannya telah menjadi bersih dan tidak seorang
pun dari bayi laki-laki yang masih hidup. Ia tidak mengetahui bahwa kehendak Allah
SWT tidak dapat dibendung dan bahwa takdirnya bila sudah difirman
"Kun" pasti akan wujud dan menjadi kenyataan "Fayakun".
Tidak sesuatu kekuasaan bagaimana pun besarnya dan kekuatan bagaimanapun hebatnya
dapat menghalangi atau mengagalkannya.
Raja Fir'aun sesekali tidak terlintas
dalam pikirannya yang kejam dan zalim itu bahwa kerajaannya yang megah, menurut
apa yang telah tersirat dalam Lauhul Mahfudz, akan ditumbangkan oleh seorang
bayi yang justeru diasuh dan dibesarkan di dalam istananya sendiri akan diwarisi
kelak oleh umat Bani Isra'il yang dimusuhi, dihina, ditindas dan disekat
kebebasannya. Bayi asuhnya itu ialah laksana bunga mawar yang tumbuh di antara
duri-duri yang tajam atau laksana fajar yang timbul menyingsing dari tengah
kegedelapan yang mencekam.
Yukabad, isteri Imron bin Qahat bin Lawi
bin Ya'qub sedang duduk seorang diri di salah satu sudut rumahnya menanti datangnya
seorang bidan yang akan memberi pertolongan kepadanya melahirkan bayi dari
dalam kandungannya itu.
Bidan datang dan lahirlah bayi yang telah
dikandungnya selama sembilan bulan dalam keadaan selamat, segar dan sehat wal
afiat. Dengan lahirnya bayi itu, maka hilanglah rasa sakit yang luar biasa yang
dirasakan oleh setiap perempuan yang melahirkan namun setelah diketahui oleh Yukabad
bahwa bayinya adalah lelaki maka ia merasa takut kembali. Ia merasa sedih dan kawatir
bahwa bayinya yang sangat disayangi itu akan dibunuh oleh orang-orang Fir'aun.
Ia mengharapkan agar bidan itu merahsiakan kelahiran bayi itu dari siapa pun.
Bidan yang merasa perhatian terhadap bayi yang lucu dan bagus itu serta merasa
betapa sedih hati seorang ibu yang akan kehilangan bayi yang baru dilahirkan
memberi kesanggupan dan berjanji akan merahsiakan kelahiran bayi itu.
Setelah bayi mencapai tiga bulan, Yukabad
tidak merasa tenang dan selalu berada dalam keadaan cemas dan kawatir terhadap
keselamatan bayinya. Allah SWT memberi ilham kepadanya agar menyembunyikan
bayinya di dalam sebuah peti yang tertutup rapat, kemudian membiarkan peti yang
berisi bayinya itu terapung di atas sungai Nil. Yukabad tidak boleh bersedih
dan cemas ke atas keselamatan bayinya karena Allah SWT menjamin akan
mengembalikan bayi itu kepadanya bahkan akan mengutuskannya sebagai salah
seorang rasul.
Dengan bertawakkal kepada Allah SWT dan
kepercayaan penuh terhadap jaminan Illahi, maka dilepaskannya peti bayi itu oleh
Yukabad, setelah ditutup rapat dan dicat dengan warna hitam, terapung
dipermukaan air sungai Nil. Kakak Musa diperintahkan oleh ibunya untuk
mengawasi dan mengikuti petirahasia itu agar diketahui di mana ia berlabuh dan
ditangan siapa akan jatuh peti yang mengandungi arti yang sangat besar bagi
perjalanan sejarah umat manusia.
Alangkah cemasnya hati kakak Musa, ketika
melihat dari jauh bahwa peti yang diawasi itu, dijumpai oleh putri raja yang
kebetulan berada di tepi sungai Nil bersantai bersama beberapa dayangnya dan
dibawanya masuk ke dalam istana dan diserahkan kepada ibunya, isteri Fir'aun.
Yukabad yang segera diberitahu oleh anak perempuannya tentang nasib peti itu,
menjadi cemas hatinya karena sedih dan cepat serta hampir saja membukarahasia
peti itu, andai kata Allah SWT tidak meneguhkan hatinya dan menguatkan hanya
kepada jaminan Allah SWT yang telah diberikan kepadanya.
Raja Fir'aun ketika diberitahu oleh
Aisah, isterinya, tentang bayi laki-laki yang ditemui di dalam peti yang
terapung di atas permukaan sungai Nil, segera memerintahkan membunuh bayi itu
seraya berkata kepada isterinya: "Aku kawatir bahwa inilah bayi yang
diramalkan, yang akan menjadi musuh dan penyebab kesedihan kami dan akan
membinasakan kerajaan kami yg besar ini." Akan tetapi isteri Fir'aun yang
sudah terlanjur menaruh perhatian dan sayang terhadap bayi yang lucu dan manis
itu, berkata kepada suaminya: "Janganlah bayi yang tidak berdosa ini
dibunuh. Aku sayang kepadanya dan lebih baik kami ambil dia sebagai anak,
kalau-kalau kelak ia akan berguna dan bermanfaat bagi kami. Hatiku sangat
tertarik kepadanya dan ia akan menjadi kesayanganku dan kesayangmu".
Demikianlah jika Allah SWT Yang Maha Kuasa menghendaki sesuatu maka dimudahkanlah
jalan bagi terlaksananya takdir itu. Dan selamatlah nyawa putera Yukabad yang
telah ditakdirkan oleh Allah SWT untuk menjadi rasul-Nya, menyampaikan amanah
wahyu-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang sudah sesat.
Nama Musa yang telah diberikan kepada
bayi itu oleh keluarga Fir'aun, berarti air dan pohon {Mu=air , Sa=pohon}
sesuai dengan tempat ditemukannya peti bayi itu. Didatangkanlah kemudian ke
istana beberapa pengasuh untuk menjadi ibu susuan Musa. Akan tetapi setiap pengasuh
yang mencoba dan memberi air susunya ditolak oleh bayi yang enggan meminum dari
setiap asupan yang diletakkan ke bibirnya. Dalam keadaan isteri Fir'aun lagi
bingung memikirkan bayi pungutnya yang enggan menetek dari sekian banyak pengasuh
yang didatangkan ke istana, datanglah kakak Musa menawarkan seorang pengasuh
lain yang mungkin diterima oleh bayi itu.
Atas pertanyaan keluarga Fir'aun,
kalau-kalau ia mengenal keluarga bayi itu, berkatalah kakak Musa: "Aku
tidak mengenal siapakah keluarga dan ibu bayi ini. Hanya aku ingin menunjukkan
satu keluarga yang baik dan selalu rajin mengasuh anak, kalau-kalau bayi itu dapat
menerima air susu ibu keluarga itu".
Anjuran kakak Musa diterima oleh isteri
Fir'aun dan seketika itu jugalah dijemput ibu kandung Musa sebagai pengasuh
bayaran. Maka begitu bibir sang bayi menyentuh tetek ibunya, disedotlah air
susu ibu kandungnya itu dengan sangat lahapnya. Kemudian diserahkan Musa kepada
Yukabad ibunya, untuk diasuh selama masa menetek dengan imbalan upah yang
besar. Maka dengan demikian terlaksanalah janji Allah SWT kepada Yukabad bahwa
ia akan menerima kembali puteranya itu.
Setelah selesai masa meneteknya,
dikembalikan Musa oleh ibunya ke istana, di mana ia di asuh, dibesar dan
dididik sebagaimana anak-anak raja yang lain. Ia mengenderai kendaraan Fir'aun
dan berpakaian sesuai dengan cara-cara Fir'aun berpakaian sehingga ia dikenal
orang sebagai Musa bin Fir'aun.
Bacalah tentang isi cerita di atas di
dalam Al-Quran dari ayat 4 hingga ayat 13 dalam surah "Al-Qashash" sebagai
berikut :
4. Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi
dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari
mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak
perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun Termasuk orang-orang yang berbuat
kerusakan.
5. dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tartindas
di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka
orang-orang yang mewarisi (bumi],
6. dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan
Kami perlihatkan kepada Fir'aun dan Haman beserta tentaranya apa yang se- lalu
mereka khawatirkan dari mereka itu.
7. dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah Dia, dan
apabila kamu khawatir terhadapnya Maka jatuhkanlah Dia ke sungai (Nil). dan
janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena Sesungguhnya
Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan men- jadikannya (salah seorang) dari
Para rasul.
8. Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir'aun yang akibatnya Dia
menja- di musuh dan Kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir'aun dan Ha- man
beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah.
9. dan berkatalah isteri Fir'aun: "(Ia) adalah penyejuk mata
hati bagiku dan bagimu. janganlah kamu membunuhnya, Mudah-mudahan ia bermanfaat
kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak", sedang mereka tiada
menyadari.
10. dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja
ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hati- nya, supaya
ia Termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah SWT).
11. dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan:
"Ikutilah dia" Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang
mereka tidak mengetahuinya,
12. dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan
yang mau menyusui(nya) sebelum itu; Maka berkatalah saudara Musa: "Maukah
kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu dan
mereka dapat Berlaku baik kepadanya?".
13. Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya
dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah SWT itu
adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. { Al-Qashash : 4 ~ 13 }
MUSA
KELUAR DARI MESIR
Sejak ia dikembali ke istana oleh ibunya
setelah disusui, Musa hidup sebagai slah seorang daripada keluarga kerajaan
hingga mencapai usia dewasanya, dimana ia memperolehi asuhan dan pendidikan
sesuai dengan tradisi istana. Allah SWT mengurniakannya hikmah dan pengetahuan
sebagai persiapan tugas kenabian dan risalah yang diwahyukan kepadanya. Di
samping kesempurnaan dan kekuatan rohani, ia dikurniai oleh Allah SWT
kesempurnaan tubuh dan kekuatan jasmani.
Musa mengetahui dan sadar bahwa ia hanya
seorang anak pungut di istana dan tidak setitik darah Fir'aun pun mengalir di
dalam tubuhnya dan bahwa ia adalah keturunan Bani Isra'il tg ditindas dan
diperlakukan sewenang-wenangnya oleh kaum Fir'aun. Karenanya ia berjanji kepada
dirinya akan menjadi pembela kepada kamunya yang tartindas dan menjadi pelindung
bagi golongan yang lemah yang menjadi sasaran kezaliman dan keganasan para
penguasa. Demikianlah maka terdorong oleh rasa setia kawannya kepada
orang-orang yang madhlum dan teraniaya, terjadilah suatu peristiwa yang
menyebabkan ia terpaksa meninggalkan istana dan keluar dari Mesir.
Peristiwa itu terjadi ketika Musa sedang
berjalan-jalan di sebuah lorong di waktu tengahari di mana keadaan kota sunyi
sepi ketika penduduknya sedang tidur siang, Ia melihat kedua berkelahi seorang
dari golongan Bani Isra'il bernama Samiri dan seorang lagi dari kaum Fir'aun
bernama Fa'tun dari suku Qibti. Musa yang mendengar teriakan Samiri
mengharapkan akan pertolongannya terhadap musuhnya yang lebih kuat dan lenih
besar itu, segera melontarkan pukulan dan tumbukannya kepada Fatun yang
seketika itu jatuh rebah an menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Musa terkejut melihat Fatun, orang
Fir'aun itu mati karena tumbukannya yang tidak disengaja dn tidak akan
mengharapkan membunuhnya. Ia merasa berdoa dan beristighfar kepada Allah SWT
memohon ampun diatas perbuatannya yang tidak sengaja, telah melayang nyawa
salah seorang daripada hamba-hamba-Nya.
Peristiwa matinya Fatun menjadi perbincangan
ramai dan menarik para penguasa kerajaan yang menduga bahwa pasti orang-orang
Isra'il lah yang melakukan perbunuhan itu. Mereka menuntut agar pelakunya
diberi hukuman yang berat , bila ia tertangkap.
Anggota dan pasukan keamanan negara di dikirm
ke seluruh pelusuk kota mencari jejak orang yang telah membunuh Fatun, yang
sebenarnya hanya diketahui oleh Samiri dan Musa saja. akan tetapi, walaupun
tidak ada orang ketiga yang menyaksikan peristiwa itu, Musa merasa cemas dan
takut dan berada dalam keadaan bersedia menghadapi akibat perbuatannya itu bila
sampai tercium oleh pihak penguasa.
Alangkah malangnya nasib Musa yang sudah
cukup berhati-hati menghindari kemungkinan terbongkarnyarahasia pembunuhan yang
ia lakukan tatkala ia terjebat lagi tanpa disengajakan dalam suatu perbuatan
yang menyebabkan namanya disebut-sebut sebagai pembunuh yang dicari. Musa
bertemu lagi dengan Samiri yang telah ditolongnya melawan Fatun, juga dalam
keadaan berkelahi untuk kali keduanya dengan salah seorang dari kaum Fir'aun.
Melihat Musa berteriaklah Samiri meminta pertolongannya. Musa menghampiri
mereka yang sedang berkelahi seraya berkata menegur Samiri: " Sesungguhnya
engkau adalah seorang yang telah sesat." Samiri menyangkal bahwa Musa akan
membunuhnya ketika ia mendekatinya, lalu berteriaklah Samiri berkata:
"Apakah engkau hendak membunuhku sebagaimana engkau telah membunuh seorang
kemarin? Rupanya engkau hendak menjadi seorang yang sewenang-wenang di negeri
ini dan bukan orang yang mengadilkan kedamaian".
Kata-kata Samiri itu segera tertangkap
orang-orang Fir'aun, yang dengan cepat memberitahukannya kepada para penguasa
yang memang sedang mencari jejaknya. Maka berundinglah para pembesar dan
penguasa Mesir, yang akhirnya memutuskan untuk menangkap Musa dan membunuhnya
sebagai balasan terhadap matinya seorang dari kalangan kaum Fir'aun.
Selagi orang-orang Fir'aun mengatur
rancangan penangkapan Musa, seorang lelaki slah satu daripada sahabatnya datang
dari hujung kota memberitahukan kepadanya dan menasehatkan agar segera
meninggalkan Mesir, karena para penguasa Mesir telah memutuskan untuk
membunuhnya apabila ia ditangkap. lalu keluarlah Musa terburu-buru meninggalkan
Mesir, ssebelum anggota polis sempat menutup serta menyekat pintu-pintu
gerbangnya.
Tentang
isi cerita ini, ada terdapat dalam al-Quran yang boleh di baca di dalam surah
"Al-Qashshas" ayat 14 sehingga ayat 21 sebagaimana berikut:
14. dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikan
ke- padanya Hikmah (kenabian) dan pengetahuan. dan Demikianlah Kami memberi
Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
15. dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang
lengah, Maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang ber-
kelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan seorang (lagi) dari
musuhnya (kaum Fir'aun). Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan
kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan
matilah musuhnya itu. Musa berkata: "Ini adalah perbuatan syaitan [Maksudnya:
Musa menyesal atas kematian orang itu disebabkan pukulannya, karena Dia
bukanlah bermaksud untuk membunuhnya, hanya semata-mata membela kaumnya].
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata
(permusuhannya).
16. Musa mendoa: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku telah
Menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku". Maka Allah SWT
mengampuninya, Sesungguhnya Allah SWT Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
17. Musa berkata: "Ya Tuhanku, demi nikmat yang telah Engkau
anugerah- kan kepadaKu, aku sekali-kali tiada akan menjadi penolong bagi orang-
orang yang berdosa".
18. karena itu, jadilah Musa di kota itu merasa takut
menunggu-nunggu dengan khawatir (akibat perbuatannya), Maka tiba-tiba orang
yang meminta pertolongan kemarin berteriak meminta pertolongan kepadanya. Musa
berkata kepadanya: "Sesungguhnya kamu benar-benar orang sesat yang nyata
(kesesatannya)".
19. Maka tatkala Musa hendak memegang dengan keras orang yang
menjadi musuh keduanya, musuhnya berkata: "Hai Musa, Apakah kamu bermaksud
hendak membunuhku, sebagaimana kamu kemarin telah membunuh seorang manusia?
kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat
sewenang-wenang di negeri (ini), dan Tiadalah kamu hendak menjadi salah seorang
dari orang-orang yang Mengadakan perdamaian".
20. dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas
seraya berkata: "Hai Musa, Sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding
tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini) Sesungguhnya
aku Termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu".
21. Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu
dengan khawatir (kalau-kalau ada orang yang menyusul untuk menangkapnya.) , Dia
berdoa: "Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim
itu". { Al-Qashash : 14 ~ 21 }
MUSA
BERTEMU JODOH DI KOTA MADYAN
Dengan berdoa kepada Allah SWT: "Ya
Tuhanku selamatkanlah aku dari segala tipu daya orang-orang yang zalim"
keluarlah Nabi Musa dari kota Mesir seorang diri, tiada pembantu selain
inayahnya Allah SWT tiada kawan selain cahaya Allah SWT dan tiada bekal kecuali
bekal iman dan takwa kepada Allah SWT. Penghibur satu-satunya bagi hatinya yang
sedih karena meninggalkan tanahi airnya ialah bahwa ia telah diselamatkan oleh Allah
SWT dari buruan kaum fir'aun yang ganas dan kejam itu.
Setelah menjalani perjalanan selama delapan
hari delapan malam dengan berkaki ayam {tidak bersepatu} sampai terkupas kedua
kulit tapak kakinya, tibalah Musa di kota Madyan yaitu kota Nabi Syu'aib yang
terletak di timur jazirah Sinai dan teluk Aqabah di selatan Palestin.
Nabi Musa beristirahat di bawah sebuah
pokok yang rendang bagi menghilangkan rasa letihnya karena perjalanan yang
jauh, berdiam seorang diri karena nasibnya sebagai salah seorang bekas anggota
istana kerajaan yang menjadi seorang pelarian dan buruan. Ia tidak tahu ke mana
ia harus pergi dan kepada siapa ia harus bertamu, di tempat di mana ia tidak
mengenal dan dikenal orang, tiada sahabat dan saudara. Dalam keadaan demikian
terlihatlah olehnya sekumpulan penggembala berdesak-desak mengelilingi sebuah
sumber air bagi memberi minum ternakannya masing-masing, sedang tidak jauh dari
tempat sumber air itu berdiri dua orang gadis yang menantikan giliran untuk
memberi minuman kepada ternakannya, jika para penggembala lelaki itu sudah
selesai dengan tugasnya.
Musa merasa kasihan melihat kepada dua
orang gadis itu yang sedang menanti lalu dihampirinya dan ditanya :
"Gerangan apakah yang kamu tunggu di sini?" Kedua gadis itu menjawab:
"Kami hendak mengambil air dan memberi minum ternakan kami namun kami
tidak dapat berdesak dengan lelaki yang masih berada di situ. Kami menunggu
sehingga mereka selesai memberi minum ternakan mereka. Kami harus lakukan
sendiri pekerjaan ini karena ayah kami sudah lanjut usianya dan tidak dapat
berdiri, jangan lagi datang ke mari". Lalu tanpa mengkatakan sepatah kata
dua pun diambilkannyalah timba kedua gadis itu oleh Musa dan sejurus kemudian
dikembalikannya kepada mereka setelah terisi air penuh sedang sekeliling sumber
air itu masih padat di keliling para pengembala.
Setibanya kedua gadis itu di rumah
berceritalah keduanya kepada ayah mereka tentang pengalamannya dengan Nabi Musa
yang karena pertolongannya yangbtidak diminta itu mereka dapat lebih cepat
kembali ke rumah daripada biasa. Ayah kedua gadis yang bernama Syu'aib itu
tertarik dengan cerita kedua putrinya. Ia ingin berkenalan dengan orang yang
baik hati itu yang telah memberi pertolongan tanpa diminta kepada kedua putrinya
dan sekaligus menytakan terimakasih kepadanya. Ia menyuruh salah seorang dari putrinya
itu pergi memanggilkan Musa dan mengundangnya datang ke rumah.
Dengan malu-malu pergilah putri Syu'aib
menemui Musa yang masih berada di bawah pohon yang masih melamun. Dalam keadaan
letih dan lapar Musa berdoa: "Ya Tuhanku aku sangat memerlukan belas
kasihmu dan memerlukan kebaikan sedikit brg makanan yang Engkau turunkan
kepadaku."
Berkatalah gadis itu kepada Musa memotong
lamunannya: "Ayahku mengharapkan kedatanganmu ke rumah untuk berkenalan
dengan engkau serta memberi engkau sekadar upah atas jasamu menolong kami
mendapatkan air bagi kami dan ternakan kami."
Musa sebagai perantau yang masih asing di
negeri itu, tiada mengenal dan dikenali orang tanpa berpikir panjang menerima
undangan gadis itu dengan senang hati. Ia lalu mengikuti gadis itu dari
belakang menuju ke rumah ayahnya yang bersedia menerimanya dengan penuh ramah-tamah,
hormat dan mengkatakan terimakasih.
Dalam berbincang-bincang dan berbicara
dengan Syu'aib ayah kedua gadis yang sudah lanjut usianya itu Musa mengisahkan
kepadanya peristiwa yang terjadi pada dirinya di Mesir sehingga terpaksa ia
melarikan diri dan keluar meninggalkan tanah airnya bagi mengelakkan hukuman
penyembelihan yang telah direncanakan oleh kaum Fir'aun terhadap dirinya.
Berkata Syu'aib setelah mendengar kisah
tamunya: "Engkau telah lepas dari pengejaran dari orang-orang yang zalim
dan ganas itu adalah berkat rahmat Tuhan dan pertolongan-Nya. Dan engkau sudah
berada di sebuah tempat yang aman di rumah kami ini, di man engkau akan tinggAllah
SWT dengan tenang dan tenteram selama engkau suka."
Dalam pergaulan sehari-hari selama ia
tinggal di rumah Syu'aib sebagai tamu yang dihormati dan disegani Musa telah
dapat menawan hati keluarga tuan rumah yang merasa kagum akan keberaniannya,
kecerdasannya, kekuatan jasmaninya, perilakunya yang lemah lembut, budi perkartinya
yang halus serta akhlaknya yang luhur. Hal mana telah menimbulkan keinganan di
dalam hati salah seorang dari kedua putri Syu'aib untuk mempekerjakan Musa
sebagai pembantu mereka. Berkatalah gadis itu kepada ayahnya: "wahai ayah!
Ajaklah Musa sebagai pembantu kami menguruskan urusan rumahtangga dan
penternakan kita. Ia adalah seorang yang kuat badannya, luhur budi pekertinya,
baik hatinya dan dapt dipercaya."
Saran gadis itu disepakati dan diterima
baik oleh ayahnya yang memang sudah menjadi pemikirannya sejak Musa tinggal
bersamanya di rumah, menunjukkan sikap bergaul yang manis perilaku yang hormat
dab sopan serta tangan yang ringan suka bekerja, suka menolong tanpa diminta.
Diajaklah Musa berunding oleh Syu'aib dan
berkatalah kepadanya: "Wahai Musa! Tertarik oleh sikapmu yang manis dan
cara pergaulanmu yang sopan serta akhlak dan budi perkartimu yang luhur, selama
engkau berada di rumah ini kami dan mengingat akan usiaku yang makin hari makin
lanjut, maka aku ingin sekali mengambilmu sebagai menantu, mengahwinkan engkau
dengan salah seorang dari kedua gadisku ini. Jika engkau dengan senang hati
menerima tawaranku ini, maka sebagai masnikahnya, aku minta engkau bekerja
sebagai pembantu kami selama delapan tahun menguruskan penternakan kami dan
soal-soal rumahtangga yang memerlukan tenagamu. Dan aku sangat berterima kasih
kepada mu bila engkau secara suka rela mau menambah dua tahun di atas dedelapan
tahun yang menjadi syarat mutlak itu."
Nabi Musa sebagai buruan yang lari dari tanah tumpah
darahnya dan berada di negeri orang sebagai perantau, tiada sanak saudara. Maka
beliau menerima tawaran Syu'aib sebagai karunia dari Tuhan yang akan mengisi
kekosongan hidupnya selaku seorang bujang yang memerlukan teman hidup untuk menemani
menanggung beban kehidupan dengan segala suka dan dukanya. Ia segera tanpa berpikir
panjang berkata kepada Syu'aib: "Aku merasa sangat bahagia, bahwa Bapak
berkenan menerimaku sebagai menantu, semoga aku tidak menyia-nyiakan harapan Bapak
yang telah berjasa kepada diriku sebagai tamu yang diterima dengan penuh hormat
dan ramah tamah, kemudian dijadikannya sebagai menantu, suami dari anak putrinya.
Syarat kerja yang Bapak kemukakan sebagai maskawin, aku setujui dengan penuh
tanggungjawab dan dengan senang hati."
Setelah
masa dedelapan tahun bekerja sebagai pembantu Syu'aib ditambah dengan suka rela
dilampaui oleh Musa, dinikahkanlah ia dengan putrinya yang bernama Shafura. Dan
sebagai hadiah pernikahan diberinyalah pasangan penganti baru itu oleh Syu'aib
beberapa ekor kambing untuk dijadikan modal pertama bagi hidupnya yang baru
sebagai suami-isteri. Pemberian beberpa ekor kambing itu juga merupakan tanda
terimaksih Syu'aib kepada Musa yang selama ini di bawah pengurusannya,
penternakan Syu'aib menjadi berkembang biak dengan cepatnya dan memberi hasil
serta keuntungan yang berlipat ganda.
Bacalah
tentang isi cerita yang terurai ini di dalm ayat 22 sehingga ayat 28, surah
"Al-Qashash" juz 20 yang berbunyi sebagai berikut :
22. dan tatkala ia menghadap kejurusan negeri Mad-yan ia berdoa
(lagi): "Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar".
23. dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai
di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia men- jumpai
di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya).
Musa berkata: "Apakah maksudmu (dengan berbuat at begitu)?" kedua
wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum
pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapakk Kami adalah
orang tua yang telah lanjut umurnya".
24. Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya,
ke- mudian Dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: "Ya Tuhanku
Sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan
kepadaku".
25. kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita
itu berjalan kemalu-maluan, ia berkata: "Sesungguhnya bapakkku memanggil
kamu agar ia memberikan Balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak)
kami". Maka tatkala Musa mendatangi bapakknya (Syu'aib) dan menceritakan
kepadanya cerita (mengenai dirinya), Syu'aib berkata: "Janganlah kamu
takut. kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu".
26. salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakkku
ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena Sesungguhnya orang
yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang
kuat lagi dapat dipercaya".
27. berkatalah Dia (Syu'aib): "Sesungguhnya aku bermaksud
menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu
bekerja denganku dedelapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun Maka itu
adalah (suatu kebaikan) dari kamu, Maka aku tidak hendak memberati kamu. dan
kamu insya Allah SWT akan mendapatiku Termasuk orang- orang yang baik".
28. Dia (Musa) berkata: "Itulah (perjanjian) antara aku dan
kamu. mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, Maka
tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi). dan Allah SWT adalah saksi atas
apa yang kita katakan". { Al-Qashash : 22 ~ 28}
MUSA A.S.
PULANG KE MESIR DAN MENERIMA WAHYU
Sepuluh tahun lebih Musa meninggalkan
Mesir tanah airnya, sejak ia melarikan diri dari buruan kaum Fir'aun. Suatu
waktu yang cukup lama bagi seseorang dapat bertahan menyimpan rasa rindunya
kepada tanah air, tempat tumpah darahnya , walaupun ia tidak pernah merasakan
kebahagiaan hidup di dalam tanah airnya sendiri. Apa lagi seorang seperti Musa
yang mempunyai kenang-kenangan hidup yang berlebihan dan indah selama ia berada
di tanah airnya sendiri selaku seorang dari keluarga kerajaan yang megah dan
mewah, maka wajarlah bila ia merindukan Mesir tanah tumpah darahnya dan ingin
pulang kembali setelah ia beristerikan Shafura, putri Syu'aib.
Bergegas-gegaslah Musa berserta isterinya
mengemaskan barang dan menyediakan kendaraan lalu meminta diri dari orang
tuanya dan berangkatlah menuju ke selatan menghindari jalan umum supaya tidak
diketahui oleh orang-orang Fir'aun yang masih mencarinya.
Setibanya di "Thur Sina"
tersesatlah Musa kehilangan pedoman dan bingung manakah yang harus ia tempuh.
Dalam keadaan demikian terlihatlah oleh dia sinar api yang nyala-nyala di atas
lereng sebuah bukit. Ia berhenti lalu lari ke jurusan api itu seraya berkata
kepada isterinya: "TinggAllah SWT kamu disini menantiku. Aku pergi melihat
api yang menyala di atas bukit itu dan segera aku kembali. Mudah-mudahan aku
dapat membawa satu berita kepadamu dari tempat api itu atau setidak-tidaknya
membawa sesuluh api bagi menghangatkan badanmu yang sedang menggigil kedinginan."
Tatkala Musa sampai ke tempat api itu
terdengar oleh dia suara seruan kepadanya datang dari sebatang pohon kayu di
pinggir lembah yang sebelah kanannya pada tempat yang diberkahi Allah SWT.
Suara seruan yang didengar oleh Musa itu ialah: "Wahai Musa! Aku ini
adalah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua sepatumu. Sesungguhnya kamu berada di
lembah yang suci Thuwa. Dan aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang
akan diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya aku ini adalah Allah SWT tiada Tuhan
selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat akan
Aku."
Itulah wahyu yang pertama yang diterima
langsung oleh Nabi Musa sebagai tanda kenabiannya, di mana ia telah dinyatakan
oleh Allah SWT sebagai rasul dan nabi-Nya yang dipilih Nabi Musa dalam
kesempatan berberbicara langsung dengan Allah SWT Ta’ala di atas bukit Thur
Sina itu telah diberi bekal oleh Allah SWT yang Maha Kuasa dua jenis mukjizat
sebagai persiapan untuk menghadap kaum Fir'aun yang sombong dan zalim itu.
Bertanyalah Allah SWT kepada Musa:
"Apakah itu yang engkau pegang dengan tangan kananmu hai Musa!" Suatu
pertanyaan yang mengandung arti yang lebih dalam dari apa yang terlintas, lalu
dapat ditangkap oleh Nabi Musa dengan jawabannya yang sederhana. "Ini
adalah tongkatku, aku bersandar padanya dan aku pukul daun dengannya untuk
makanan kambingku. Selain itu aku dapat pula menggunakan tongkatku untuk
keperluan-keperluan lain yang penting bagiku."
Maksud dan arti dari pertanyaan Allah SWT
yang nampak sederhana itu baru diartikan dan diselami oleh Musa setelah Allah
SWT memerintahkan kepadanya agar meletakkan tongkat itu di atas tanah, lalu
menjelmalah menjadi seekor ular besar yang merayap dengan cepat sehingga
menjadikan Musa lari ketakutan. Allah SWT berseru kepadanya: "Peganglah
ular itu dan jangan takut. Kami akan mengembalikannya kepada keadaan asalnya."
Maka begitu ular yang sedang merayap itu ditangkap dan dipegang oleh Musa, ia
segera kembali menjadi tongkat yang ia terima dari Syu'aib, mertuanya ketika ia
berangkat dari Madyan.
Sebagai mukjizat yang kedua, Allah SWT memerintahkan
kepada Musa agar mengepitkan/menyelipkan tangannya ke ketiaknya yang ternyata
setelah dilakukannya perintah itu, tangannya menjadi putih cemerlang seperti
cahaya tanpa cacat atau penyakit.
Bacalah
tentang isi cerita di atas dalam surah "Thaaha" ayat 9 sehingga 23
juz 16 sebagai berikut :
9. Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa?
10. ketika ia melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya:
"TinggAllah SWT kamu (di sini), Sesungguhnya aku melihat api,
Mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit daripadanya kepadamu atau aku akan
mendapat petunjuk di tempat api itu".
11. Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: "Hai
Musa.
12. Sesungguhnya aku Inilah Tuhanmu, Maka tanggalkanlah kedua
terompahmu; Sesungguhnya kamu berada dilembah yang Suci, Thuwa.
13. dan aku telah memilih kamu, Maka dengarkanlah apa yang akan
diwahyukan (kepadamu).
14. Sesungguhnya aku ini adalah Allah SWT, tidak ada Tuhan (yang
hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku.
15. Segungguhnya hari kiamat itu akan datang aku merahasiakan
(waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan.
16. Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan daripadanya oleh
orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya,
yang menyebabkan kamu Jadi binasa".
17. Apakah itu yang di tangan kananmu, Hai Musa?
18. berkata Musa: "Ini adalah tongkatku, aku bertelekan
padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi
keperluan yang lain padanya".
19. Allah SWT berfirman: "Lemparkanlah ia, Hai Musa!"
20. lalu dilemparkannyalah tongkat itu, Maka tiba-tiba ia menjadi
seekor ular yang merayap dengan cepat.
21. Allah SWT berfirman: "Peganglah ia dan jangan takut, Kami
akan mengembalikannya kepada keadaannya semula,
22. dan kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu, niscaya ia ke luar
menjadi putih cemerlang tanpa cacad, sebagai mukjizat yang lain (pula),
23. untuk Kami perlihatkan kepadamu sebagian dari tanda-tanda
kekuasaan Kami yang sangat besar,
{Thaahaa : 9 ~ 23 }
MUSA
DIPERINTAHKAN BERDAKWAH KEPADA FIR'AUN
Raja Fir'aun yang telah berkuasa di Mesir
telah lama menjalankan pemerintahan yang zalim, kejam dan ganas. Rakyatnya yang
terdiri dari bangsa Egypt yang merupakan penduduk peribumi dan bangsa Isra'il
yang merupakan golongan pendatang, hidup dalam suasana penindasan, tidak merasa
aman bagi nyawa dan harta bendanya.
Tindakan sewenang-wenang dan pihak
penguasa pemerintahan terutamanya ditujukan kepada Bani Isra'il yang tidak
diberinya kesempatan hidup tenang dan tenteram. Mereka dikenakan kerja paksa
dan diharuskan membayar berbagai pungutan yang tidak dikenakan terhadap
penduduk bangsa mesir, bangsa Fir'aun sendiri.
Selain kezaliman, kekejaman, penindasan
dan pemerasan yang ditimpakan oleh Fir'aun atas rakyatnya, terutama kaum Bani
Isra'il. ia menyatakan dirinya sebagai tuhan yang harus disembah dan dipuja.
Dan dengan demikian ia makin jauh membawa rakyatnya ke jalan yang sesat tanpa
pendoman tauhid dan iman, sehingga makin dalamlah mereka terjerumus ke lembah
kemaksiatan dan kerusakan moral dan akhlak.
Maka dalam kesempatan berbicara langsung
di bukit Thur Sina itu diperintahkanlah Musa oleh Allah SWT untuk pergi ke
Fir'aun sebagai Rasul-Nya, mengajakkan beriman kepada Allah SWT, menyadarkan
dirinya bahwa ia adalah makhluk Allah SWT sebagaimana rakyatnya, yang tidak
sepatutnya menuntut orang menyembahnya sebagi tuhan dan bahwa Tuhan yang wajib
disembah olehnya dan oleh semua manusia adalah Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menciptakan alam semesta ini.
Nabi Musa dalam perjalanannya menuju kota
Mesir setelah meninggalkan Madyan, selalu dibayang oleh ketakutan kalau-kalau
peristiwa pembunuhan yang telah dilakukan sepuluh tahun yang lalu itu, belum
terlupakan dan masih belum hilang dari ingatan para pembesar kerajaan Fir'aun.
Ia tidak mengabaikan kemungkinan bahwa mereka akan melakukan pembalasan
terhadap perbuatan yang ia tidak sengaja itu dengan hukuman pembunuhan atas
dirinya bila ia sudah berada di tengah-tengah mereka. Ia hanya terdorong rasa
rindunya yang sangat kepada tanah tumpah darahnya dengan memberanikan diri
kembali ke Mesir tanpa memperdulikan akibat yang mungkin akan dihadapi.
Jika pada waktu berangkat dari Madyan dan
selama perjalannya ke Thur Sina. Nabi Musa dibayangi dengan rasa takut akan
pembalasan Fir'aun, Maka dengan perintah Allah SWT yang berfirman maksudnya :~
"Pergilah engkau ke Fir'aun,
sesungguhnya ia telah melampaui batas, segala bayangan itu dilempar jauh-jauh
dari pikirannya dan bertekad akan melaksanakan perintah Allah SWT menghadapi
Fir'aun apa pun akan terjadi pada dirinya. Hanya untuk menenteramkan hatinya
berkatalah Musa kepada Allah SWT: "Aku telah membunuh seorang daripada
mereka , maka aku kawatir mereka akan membalas membunuhku, berikanlah seorang
pembantu dari keluargaku sendiri, yaitu saudaraku Harun untuk menyertaiku dalam
melakukan tugasku meneguhkan hatiku dan menguatkan tekadku menghadapi
orang-orang kafir itu apalagi Harun saudaraku itu lebih lancar lidahnya dan
lebih pintar daripada diriku untuk berdebat dan bermujadalah."
Allah SWT berkenan mengabulkan permohonan
Musa, maka digerakkanlah hati Harun yang ketika itu masih berada di Mesir untuk
pergi menemui Musa mendampinginya dan bersama-sama pergilah mereka ke istana
Fir'aun dengan diiringi firman Allah SWT: "Janganlah kamu berdua takut dan
kawatir akan disiksa oleh Fir'aun. Aku menyertai kamu berdua dan Aku mendengar
serta melihat dan mengetaui apa yang akan terjadi antara kamu dan Fir'aun.
Berdakwahlah kamu kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut sadarkanlah ia
dengan kesesatannya dan ajaklah ia beriman dan bertauhid, meninggalkan
kezalimannya dan kecongkakannya kalau-kalau dengan sikap yang lemah lembut
daripada kamu berdua ia akan ingat pada kesesatan dirinya dan takut akan akibat
kesombongan dan kebonmgkakannya."
Bacalah
tentang isi cerita di atas di dalam ayat 33 sehingga ayat 35 surah
"Al-Qashash" dan ayat 42 sehingga ayat 47 surah "Thaha"
sebagai berikut :
33. Musa berkata: "Ya Tuhanku Sesungguhnya Aku, telah membunuh
seorang manusia dari golongan mereka, Maka aku takut mereka akan membunuhku.
34. dan saudaraku Harun Dia lebih fasih lidahnya daripadaku, Maka
utuslah Dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkata- an)ku;
Sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku".
35. Allah SWT berfirman: "Kami akan membantumu dengan
saudaramu, dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, Maka mereka
tidak dapat mencapaimu; (berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat
Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang akan menang. {
Al-Qashash : 33 ~ 35 }
42. Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku,
dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku;
43. Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, Sesungguhnya Dia telah
melampaui batas;
44. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang
lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut".
45. berkatalah mereka berdua: "Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya
Kami khawatir bahwa ia segera menyiksa Kami atau akan bertambah melampaui
batas".
46. Allah SWT berfirman: "Janganlah kamu berdua khawatir,
Sesungguhnya aku beserta kamu berdua, aku mendengar dan melihat".
47. Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fir'aun) dan Katakanlah:
"Sesungguhnya Kami berdua adalah utusan Tuhanmu, Maka lepaskanlah Bani
Israil bersama Kami dan janganlah kamu menyiksa mereka. Sesungguhnya Kami telah
datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan Kami) dari Tuhanmu. dan
keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk{ Thaha : 42 ~
47 }
MUJADALAH
(DIALOG) ANTARA NABI MUSA A.S. DENGAN FIR'AUN
Diperolehnya kesempatan Musa dan Harun,
menemui raja Fir'aun yang menyatakan dirinya sebagai tuhan itu, setelah
menempuh beberapa rintangan yang lazim dilampaui oleh orang yang ingin bertemu
dengan raja pada waktu itu. Pertemuan Musa dan Harun dengan Fir'aun dihadiri
pula oleh beberapa anggota pemerintahan dan para penasehatnya.
Bertanya Fir'aun kepada mereka berdua::
"Siapakah kamu berdua ini?"
Musa menjawab: "Kami, Musa dan Harun
adalah pesuruh Allah SWT kepadamu agar engkau membebaskan Bani Isra'il dari
perhambaan dan penindasanmu dan menyerahkan mereka kepada kami agar menyembah
kepada Allah SWT dengan leluasa dan menghindari siksaanmu."
Fir'aun yang segera mengenal Musa dan
pernah tinggal bersama Fir'aun kurang lebih 18 tahun dari kecil, berkata
kepadanya: "Bukankah engkau adalah Musa yang telah kami mengasuhmu sejak
masa bayimu dan tinggal bersama kami dalam istana sampai mencapai usia
remajamu, mendapat pendidikan dan pengajaran yang menjadikan engkau pandai? Dan
bukankah engkau yang melakukan pembunuhan terhadap diriseorang daripada
golongan kami? Sudahkah engkau lupa itu semuanya dan tidak ingat akan kebaikan
dan jasa kami kepada kamu?"
Musa menjawab: "Bahwasanya engkau
telah memelihara aku sejak masa bayiku, itu bukanlah suatu jasa yang dapat
engkau banggakan. Karena jatuhnya aku ke dalam tangan mu adalah akibat
kekejaman dan kezalimanmu tatkala engkau memerintah agar orang-orangmu
menyembelih setiap bayi-bayi laki yang lahir, sehingga ibu terpaksa membiarkan
aku terapung di permukaan sungai Nil di dalamsebuah peti yang kemudian dipungut
oleh isterimu dan selamatlah aku dari penyembelihan yang engkau perintahkan.
Sedang mengenai pembunuhan yang telah aku lakukan itu adalah akibat godaan
syaitan yang menyesatkan, namun peristiwa itu akhirnya merupakan suatu rahmat
dan barakah yang terselubung bagiku. Sebab dalam perantauanku setelah aku
melarikan diri dari negerimu, Allah SWT mengaruniakan aku dengan hikmah dan
ilmu serta mengutuskan aku sebagai Rasul dan pesuruh-Nya. Maka dalam rangka
tugasku sebagai Rasul datanglah aku kepadamu atas perintah Allah SWT untuk
mengajak engkau dan kaummu menyembah Allah SWT dan meninggalkan kezaliman dan
penindasanmu terhadap Bani Isra'il."
Fir'aun bertanya: "Siapakah Tuhan
yang engkau sebut-sebut itu, hai Musa? Adakah tuhan di atas bumi ini selain aku
yang patut di sembah dan dipuja?"
Musa menjawab: "Ya, yaitu Tuhanmu
dan Tuhan nenek moyangmu serta Tuhan seru sekalian alam."
Tanya Fir'aun: "Siapakah Tuhan seru
sekali alam itu?"
Musa menjawab: "Ialah Tuhan langit
dan bumi dan segala apa yang ada antara langit dan bumi."
Berkata Fir'aun kepada para penasehatnya
dan pembesar-pembesar kerajaan yang berada disekitarnya. Sesungguhnya Rasul
yang diutuskan kepada kamu ini adalah seorang yang gila kemudia ia balik
bertanya kepada Musa dan Harun: "Siapakah Tuhan kamu berdua?"
Musa menjawab: "Tuhan kami ialah
Tuhan yang telah memberikan kepada tiap-tiap makhluk sesuatu bentuk
kejadiannya, kemudian memberi petunjuk kepadanya."
Fir'aun bertanya: "Maka bagaimanakah
keadaan umat-umat yang dahulu yang tidak mempercayai apa yang engkau ajarkan
ini dan malahan menyembah berhala dan patung-patung?"
Musa menjawab: "Pengetahuan tentang
itu ada di sisi Tuhanku. Jika Dia telah menurunkan azab dan siksanya di atas
mereka maka itu adalah karena kecongkakan dan kesombongan serta keengganan
mereka kembali ke jalan yang benar. Jika Dia menunda azab dan siksa mereka
hingga hari kiamat, maka itu adalah kehendak-Nya yang hikmahnya kami belum
mengetahuinya. Allah SWT telah mewahyukan kepada kami bahwa azab dan siksanya
adalah jalan yang benar."
fir'aun yang sudah tidak berdaya menolak
dalil-dalil Nabi Musa yang dikatakan secara tegas dan berani merasa tersinggung
kehormatannya sebagai raja yang telah mempertuhankan dirinya lalu menujukan
amarahnya dan berkata kepada Musa secara mengancam: "Hai Musa! jika engkau
mengakui tuhan selain aku, maka pasti engkau akan kumasukkan ke dalam
penjara."
Musa menjawab: "Apakah engkau akan
memenjarakan aku walaupun aku dapat memberikan kepadamu tanda-tanda yang
membuktikan kebenaran dakwahku?"
Fir'aun menentang dengan berkata:
"Datanglah tanda-tanda dan bukti-bukti yang nyata yang dapat membuktikan
kebenaran kata-katamu jika engkau benar-benar tiak berdusta."
Dialog
{mujadalah} antara Musa dan Fir'aun sebagaimana dihuraikan di atas dapat dibaca
dalam surah "Asy-Syu'ara" ayat 18 hingga ayat 31 juz 19 sebagimana
berikut:
18. Fir'aun menjawab: "Bukankah Kami telah mengasuhmu di
antara (keluarga) Kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama
Kami beberapa tahun dari umurmu[1078].
19. dan kamu telah berbuat suatu perbuatan yang telah kamu lakukan
itu[1079] dan kamu Termasuk golongan orang-orang yang tidak membalas guna.
20. berkata Musa: "Aku telah melakukannya, sedang aku di waktu
itu Termasuk orang-orang yang khilaf.
21. lalu aku lari meninggalkan kamu ketika aku takut kepadamu,
kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikanku salah seorang
di antara rasul-rasul.
22. Budi yang kamu limpahkan kepadaku itu adalah (disebabkan) kamu
telah memperbudak Bani Israil".
23. Fir'aun bertanya: "Siapa Tuhan semesta alam itu?"
24. Musa menjawab: "Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa
yang di antara keduanya (Itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang)
mempercayai-Nya".
25. berkata Fir'aun kepada orang-orang sekelilingnya: "Apakah
kamu tidak mendengarkan?"
26. Musa berkata (pula): "Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek
moyang kamu yang dahulu".
27. Fir'aun berkata: "Sesungguhnya Rasulmu yang diutus kepada
kamu sekalian benar-benar orang gila".
28. Musa berkata: "Tuhan yang menguasai timur dan barat dan
apa yang ada di antara keduanya: (Itulah Tuhanmu) jika kamu mempergunakan
akal".
29. Fir'aun berkata: "Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain
Aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang
dipenjarakan".
30. Musa berkata: "Dan Apakah (kamu akan melakukan itu)
Kendatipun aku tunjukkan kepadamu sesuatu (keterangan) yang nyata ?"
31. Fir'aun berkata: "Datangkanlah sesuatu (keterangan) yang
nyata itu, jika kamu adalah Termasuk orang-orang yang benar". { Asy-Syura
: 18 ~ 31 }
MUSA
MEMPERTUNJUKKAN DUA MUKJIZATNYA KEPADA FIR'AUN
Menjawab tentangan Fir'aun yang menuntut
bukti atas kebenarannya Musa dengan serta-merta meletakkan tongkat mukjizatnya
di atas yang segera menjelma menjadi seekor ular besar yang melata menuju ke
Fir'aun. Karena ketakutan melompat lari dari singgasananya melarikan diri
seraya berseru kepada Musa: " Hai Musa demi asuhanku kepadamu selama delapan
belas tahun panggillah kembali ularmu itu." Kemudian dipeganglah ular itu
oleh Musa dan kembali menjadi tongkat biasa.
Berkata Fir'aun kepada Musa setelah
hilang dari rasa heran dan takutnya: "Adakah bukti yang dapat engkau
tunjukkan kepadaku?"
"Ya, lihatlah." Musa menjawab
serta memasukkan tangannya ke dalam saku bajunya. Kemudian tatkala tangannya
dikeluarkan dari sakunya, bersinarlah tangan Musa itu menyilaukan mata Fir'aun
itu dan orang-orang yang sedang berada disekelilingnya.
Fir'aun sebagai raja yang menyatakan
dirinya sebagai tuhan tentu tidak akan mudah begitu saja menyerah kepada Musa
bekas anak pungutnya walaupun kepadanya telah diperlihatkan dun mukjizat. Ia
bahkan berkata kepada kaumnya yang ia kawatir akan terpengaruh oleh kedua
mukjizat Musa itu bahwa itu semuanya adalah perbuatan sihir dan bahwa Musa dan
Harun adalah ahli sihir yang mahir yang datang dengan maksud menguasai Mesir
dan para penduduknya akan kekuatan dengan sihirnya itu.
Fir'aun dianjurkan oleh penasehatnya yang
dikepalai oleh Haman agar mematahkan sihir Musa dan Harun itu dengan mengumpulkan
ahli-ahli sihir yang terkenal dari seluruh daerah kerajaan untuk bertanding
melawan Musa dan Harun. Anjuran mana disetujui oleh Fir'aun yang merasa itu
adalah pikiran yang tepat dan jalan yang terbaik untuk melumpuhkan kedua
mukjizat Allah SWT yang oleh mereka dianggapnya sebagai sihir. Anjuran itu lalu
ditawarkan kepada Musa yang seketika tanpa ragu-ragu sedikit pun menerima
tentangan Fir'aun untuk beradu dan bertanding melawan ahli-ahli sihir. Musa
berkeyakinan penuh bahwa dengan perlindung Allah SWT ia akan keluar sebagai
pemenang dalam pertarungan itu, pertandingan antara ahli sihir yang berasal
darri syaitan melawan mukjizat yang dikurniakan oleh Allah SWT.
Pada suatu hari raya kerajaan telah setuju
untuk mengadakan hari pertandingan sihir maka berduyun-duyunlah penduduk kota
menuju ke tempat yang telah ditentukan untuk menyaksikan perlombaan kepandaian
menyihir yang buat pertama kalinya diadakan di kota Mesir. Juga sudah berada di
tempat ahli-ahli sihir yang terpandai yang telah dikumpulkan dari seluruh
wilayah kerajaan masing-masing membawa tongkat , tali dan lain-lain alat
sihirnya. Mereka cukup bersemangat dan akan berusaha keras dengan kepandaian mereka
untuk memenangi pertandingan. Mereka di janjikn Fir'aun akan diberi hadiah dan
uang dalam jumlah yang besar bila berhasil mengalahkan Musa dengan mematahkan
daya sihirnya.
Setelah segala sesuatu selesai disiapkan
dan masing-masing pembesar negeri sudah mengambil tempatnya mengelilingi raja
Fir'aun yang telah duduk di atas kerusi singgahsananya maka dinyatakanlah
pertandingan dimulai. Kemudian atas persetujuan Musa dipersilakan para lawannya
beraksi lebih dahulu mempertunjukkan kepandaian sihirnya.
Segeralah ahli-ahli sihir Fir'aun
menujukan aksinya melemparkan tongkat dan tali-temali mereka ke tengah-tengah lapangan
. Musa merasa takut ketika terbayang kepadanya bahwa tongkat-tongkat dan
tali-tali itu seakan-akan ular-ular yang merayap cepat. Namun Allah SWT tidak
membiarkan hamba utusan-Nya berkecil hati menghadapi tipu-daya orang-orang
kafir itu. Allah SWT berfirman kepada Musa disaat ia merasa cemas itu:
"Janganlah engkau merasa takut dan cemas hai Musa! engkau adalah yang
lebih unggul dan akan menang dalam pertandingan ini. Lemparkanlah yang ada
ditanganmu segera."
Para ahli-ahli sihir yang pandai dalam
bidangnya itu tercengang ketika melihat ular besar yang menjelma dari tongkat
Nabi Musa dan menelan ular-ular dan segala apa yang terbayangsebagai hasil tipu
sihir mereka. Mereka segera menyerah kalah bertunduk dan bersujud {kepada Allah
SWT} dihadapan Musa seraya berkata: "Itu bukanlah perbuatan sihir yang
kami kenal yang diberi oleh syaitan tetapi sesuatuyang digerakkan oleh kekuatan
ghaib yang mengatakan kebenaran kata-kata Musa dan Harun maka tidak ada alasan
bagi kami untuk tidak mempercayai risalah mereka dn beriman kepada Tuhan mereka
sesudah apa yang kami lihat dan saksikan dengan mata kepala kami sendiri."
Fir'aun raja yang congkak dan sombong
yang menuntut persembahan dari rakyatnya sebagai tuhan segera membelalakkan
matanya tanda marah dan jengkel melihat ahli-ahli sihirnya begitu cepat
menyerah kalah kepada Musa bahkan menyatakan beriman kepada Tuhannya dan kepada
kenabiannya serta menjadi pengikut-pengikutnya. Tindakan mereka itu dianggapnya
sebagai pelanggaran terhadap kekuasaannya, penentangan terhadap ketuhanannya
dan merupakan suatu tamparan bagi kewibawaan serta prestasinya. Ia berkata
kepada mereka: "Adakah kamu berani beriman kepada Musa dan menyerah kepada
keputusannya sebelum aku izinkan kepada kamu?" Bukankah ini suatu persekongkolan
daripada kamu terhadapku? Musa dapat mengalah kamu sebab ia mungkin guru dan
pembesar yang telah mengajarkan seni sihir kepadamu dan kamu telah mengatur
bersama-sama tindakan yang kamu sandiwarakan di depanku hari ini. Aku tidak
akan tinggal diam menghadapi tindakan khianatmu ini. Akan ku potong
tangan-tangan dan kaki-kakimu serta akanku salib kamu semua pada pangkal pohon
kurma sebagai hukuman dan balasan bagi tindakan khianatmu ini."
Ancaman Fir'aun itu disambut mereka
dengan sikap dingin dan acuh tak acuh. Karena Allah SWT telah membuka mata hati
mereka dengan cahaya iman sehingga tidak akan terpengaruh dengan kata-kata
kebathilan yang menyesatkan atau ancaman Fir'aun yang menakutkan. Mereka
sebagai-orang-orang yang ahli dalam ilmu dan seni sihir dapat membedakan yang
mana satu sihir dan yang mana bukan. Maka sekali mereka diyakinkan dengan
mukjizat Nabi Musa yang membuktikan kebenaran kenabiannya tidaklah keyakinan
itu akan dapat digoyahkan oleh ancaman apa pun. Berkata mereka kepada Fir'aun menanggapi
ancamannya: "Kami telah memdpat bukti-bukti yang nyata dan kami tidak akan
mengabaikan kenyataan itu sekadar memenuhi kehendak dan keinginanmu. Kami akan
berjalan terus megikut jejak dan tuntutan Musa dan Harun sebagai pesuruh oleh
yang benar. Maka terserah kepadamu untuk memutuskan apa yang engkau hendak
putuskan terhadap diri kami. Keputusan kamu hanya berlaku di dunia ini sedang
kami mengharapkan pahala Allah SWT di akhirat yang kekal dan abadi."
Bacalah tentang isi cerita di atas dalam
surah "Asy-Syu'ara" ayat 32 sehingga ayat 51 juz 19 sebagai berikut
:~
32. Maka Musa melemparkan tongkatnya, lalu tiba-tiba tongkat itu
(menjadi) ular yang nyata.
33. dan ia menarik tangannya (dari dalam bajunya), Maka tiba-tiba
tangan itu Jadi putih (bersinar) bagi orang-orang yang melihatnya.
34. Fir'aun berkata kepada pembesar-pembesar yang berada
sekelilingnya: Sesungguhnya Musa ini benar-benar seorang ahli sihir yang
pandai,
35. ia hendak mengusir kamu dari negerimu sendiri dengan sihirnya;
Maka karena itu Apakah yang kamu anjurkan?"
36. mereka menjawab: "Tundalah (urusan) Dia dan saudaranya dan
kirimkanlah ke seluruh negeri orang-orang yang akan mengumpulkan (ahli sihir),
37. niscaya mereka akan mendatangkan semua ahli sihir yang pandai
kepadamu".
38. lalu dikumpulkan Ahli-ahli sihir pada waktu yang ditetapkan di
hari yang ma'lum[waktu pagi di hari yang dirayakan],
39. dan dikatakan kepada orang banyak: "Berkumpullah kamu
sekalian.
40. semoga kita mengikuti Ahli-ahli sihir jika mereka adalah
orang-orang yang menang[1081]"
41. Maka tatkala Ahli-ahli sihir datang, merekapun bertanya kepada
Fir'aun: "Apakah Kami sungguh-sungguh mendapat upah yang besar jika Kami
adalah orang-orang yang menang?"
42. Fir'aun menjawab: "Ya, kalau demikian, Sesungguhnya kamu
sekalian benar-benar akan menjadi orang yang didekatkan (kepadaku)".
43. berkatalah Musa kepada mereka: "Lemparkanlah apa yang
hendak kamu lemparkan".
44. lalu mereka melemparkan tali temali dan tongkat-tongkat mereka
dan berkata: "Demi kekuasaan Fir'aun, Sesungguhnya Kami benar-benar akan
menang".
45. kemudian Musa menjatuhkan tongkatnya Maka tiba-tiba ia menelan
benda-benda palsu yang mereka ada-adakan itu[1082].
46. Maka tersungkurlah Ahli-ahli sihir sambil bersujud (kepada Allah
SWT),
47. mereka berkata: "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam,
48. (yaitu) Tuhan Musa dan Harun".
49. Fir'aun berkata: "Apakah kamu sekalian beriman kepada Musa
sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya Dia benar-benar pemimpinmu yang
mengajarkan sihir kepadamu Maka kamu nanti pasti benar-benar akan mengetahui
(akibat perbuatanmu); Sesungguhnya aku akan memotong tanganmu dan kakimu dengan
bersilangan[memotong tangan kanan dan kaki kiri atau sebaliknya] dan aku akan
menyalibmu semuanya".
50. mereka berkata: "tidak ada kemudharatan (bagi kami);
Sesungguhnya Kami akan kembali kepada Tuhan Kami,
51. Sesungguhnya Kami Amat menginginkan bahwa Tuhan Kami akan
mengampuni kesalahan Kami, karena Kami adalah orang-orang yang pertama-tama
beriman". QS Asy-Syu'ara 32-51
FIR'AUN
TETAP BERKERAS KEPALA DAN SEMAKIN BINGUNG
Nabi Musa yang telah mengalahkan
ahli-ahli sihir dengan kedua mukjizatnya makin meluas pengaruhnya, sedang
Fir'aun dengan kekalahan ahli sihirnya merasa kewibawaannya merosot dan
kehormatannya menurun. ia kawatir jika gerakan Musa tidak segera dipatahkan
akan mengancam keselamatan kerajaannya serta kekekalan mahkotanya. Para penasehat
dan pembantu-pembantu terdekatnya tidak berusaha menghilangkan rasa kecemasan
dan kekawatirannya, tetapi mereka sebaliknya makin membakar dadanya dan makin
menakutu-nakutinya. Mereka berkata kepadanya: "Apakah engkau akan terus
membiarkan Musa dan kaumnya bergerak secara bebas dan meracuni rakyat dengan
amcam-macam kepercayaan dan ajaran-ajaran yang menyimpang dari apa yang telah
kita warisi dari nenek-moyang kita? Tidakkah engkau sadar bahwa rakyat kita
makin lama makin terpengaruh oleh hasutan-hasutan Musa. sehingga lama-kelamaan niscaya
kita dan tuhan-tuhan kita akan ditinggalkan oleh rakyat kita dan pada akhirnya
akan hancur binasalah negara dan kerajaanmu yang megah ini."
Fir'aun menjawab: "Apa yang kamu
hiraukan itu sudah menjadi perhatianku sejak dikalahkannya ahli-ahli sihir kita
oleh Musa. Dan memang kalau kita membiarkan Musa terus melebarkan sayapnya dan
meluaskan pengaruhnya di kalangan pengikut-pengikutnya yang makin lama makin
bertambah jumlahnya, pasti pada akhirnya akan merusakkan adab hidup masyarakat
negara kita serta membawa kehancuran dan kebinasaan bagi kerajaan kita yang
megah ini. karenanya aku telah merancang akan bartindak terhadap Bani Isra'il
dengan membunuh setiap orang lelaki dan hanya wanita saja akanku biarkan
hidup."
Rancangan jahat fir'aun diterapkan oleh
pegawai dan kaki tangan kerajaannya. Aneka ragam gangguan dan macam-macam
tindakan kejam ditimpakan atas Bani Isra'il yang memang menurut anggapan
masyarakat, mereka itu adalah rakyat kelas kambing dalam kerajaan Fir'aun yang
zalim itu. Dengan makin meningkatnya kezaliman dan penindasan yang mereka
terima dari alat-alat kerajaan Fir'aun, datanglah Bani Isra'il kepada Nabi
Musa, mengharapkan pertolongan dan perlindungannya. Nabi Musa tidak dapat
berbuat byk pada masa itu bagi Bani Isra'il yang tartindas dan teraniaya. Ia
hanya menenteramkan hati mereka, bahwa akan tiba saatnya kelak,di mana mereka
akan dibebaskan oleh Allah SWT dari segala penderitaan yang mereka alami.
Dianjurkan oleh Nabi Musa agar mereka bersabar dan bertawakkal seraya memohon
kepada Allah SWT agar Allah SWT memberikan pertolongan dan perlindungan-Nya
karena Allah SWT telah menjanjikan akan mewariskan bumi-Nya kepada
hamba-hamba-Nya yang saleh, sabar dan bertakwal
Fir'aun bertujuan melemahkan kedudukan
Nabi Musa dengan tindakan kejamnya terhadap Bani Isra'il yang merupakan
kaumnya, bahkan tulang belakang Nabi Nusa. Akan tetapi gerak dakwah Nabi Musa tidak
sedikit pun terhambat oleh tindakan Fir'aun itu. Demikian pula tidak seorang
pun daripada pengikut-pengikutnya yang terpengaruh dengan tindakan Fir'aun itu.
Sehingga tidak menjadi luntur iman dan keyakinan mereka yang sudah bulat
terhadap risalah Musa.
Karena sasaran yang dituju dengan
tindakan kekejaman yang tidak berperikamanusiaan itu tidak tercapai dan tidak dapat
menerima dakwah Nabi Musa dan para pengikutnya, yang dilhatnya bahkan semakin
bersemangat menyiarkan ajaran iman dan tauhid, maka Fir'aun tidak mempunyai
pilihan selain harus menyingkirkan orang yang menjadi pengikutnya, yaitu dengan
membunuh Nabi Musa.
Fir'aun memanggil para penasehat dan
pembesar-pembesar kerajaannya untuk bermesyuarat dan merancang pembunuhan Musa.
Di antara mereka yang di undang itu terdapat seorang mukmin dari Keluarga
Fir'aun yang merahsiakan imannya.
Di tengah-tengah perdebatan dan
perundingan yang berlangsung dalam pertemuan yang diadakan oleh Fir'aun untuk
membincangkan cara pembunuhan Nabi Musa itu, bangkitlah berdiri mukmin itu mengkatakan
pembelaannya terhadap Nabi Musa dan nasehat serta tuntunan bagi mereka yang
hadir. Ia berkata: "Apakah kamu akan membunuh seseorang lelaki yang tidak
berdosa, hanya berkata bahwa Allah SWT adalah Tuhannya? Padahal ia menyatakan
iman dan kepercayaannya itu kepada kamu bukan tanpa dalil dan hujjah. Ia telah
mempertunjukkan kepada kamu bukti-bukti yang nyata untuk menyakinkan kamu akan
kebenaran ajarannya. Jika andainya dia seorang pendusta, maka dia sendirilah
yang akan menanggung dosa akibat dustanya. Namun jika ia adalah benar dalam
kata-katanya, maka niscaya akan menimpa kepada kamu bencana azab yang telah
dijanjikan olehnya. Dan dalam keadaan yang demikian siapakah yang akan menolong
kamu dari azab Allah SWT yang telah dijanjikan itu?"
Fir'aun memotong pidato orang mukmin itu
dengan berkata: "Rancanganku harus terlaksana dan Musa harus dibunuh. Aku
tidak mengemukan kepadamu melainkan apa yang aku pandang baik dan aku tidak
menunjukkan kepadamu melainkan jalan yang benar, jalan yang akan menyelamatkan
kerajaan dan negara."
Berkata orang mukmin dari keluarga
Fir'aun itu melanjutkan: "Sesungguhnya aku kawatir, jika kamu tetap
berkeras kepala dan enggan menempuh jalan yang benar yang dibawa oleh para
nabi-nabi, bahwa kamu akan ditimpa azab dan siksa yang membinasakan ,
sebagaimana telah dialami oleh kaum Nuh, kaum Aad, kaum Tsamud dan umat-umat
yang datang sesudah mereka. Apa yang telah dialami oleh kaum-kaum itu adalah
akibat kecongkakan dan kesombongan mereka karena Allah SWT tidak menghendaki
berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya".
Mukmin itu meneruskan nasehatnya:"Wahai
kaumku! Sesungguhnya aku kawatir kamu akan menerima siksa dan azab Tuhan di
hari qiamat kelak, di mana kamu akan berpaling kebelakang, tidak seorang pun
akan dapat menyelamatkan kamu itu dari siksa Allah SWT. Hai kaum ikutilah nasehatku,
aku hanya ingin kebaikan bagimu dan mengajak kamu ke jalan yang benar.
Ketahuilah bahwa kehidupan di dunia ini hanya merupakan kesenangan sementara,
sedangkan kesenangan dan kebahagiaan yang kekal adalah di akhirat kelak."
Orang mukmin dari keluarga Fir'aun itu
tidak dapat mengubah sikap Fir'aun dan pengikut-pemgikutnya, walaupun ia telah
berusaha dengan menggunakan kepintaran berpidatonya dan susunan kata-katanya
yang rapi, lengkap dengan contoh-contoh dari sejarah umat-umat yang terdahulu
yang telah dibinasakan oleh Allah SWT karena perbuatan dan pembangkangan mereka
sendiri.
Fir'aun dan pengikut-pengikutnya bahkan
menganjurkan kepada orang mukmin itu, agar meninggalkan sikapnya yang membela
Musa dan menyetujui rancangan jahat mereka. Ia dinasehat untuk melepaskan
pendiriannya yang pro Musa dan mengabungkan diri dalam barisan mereka menentang
Musa dan segala ajarannya. Ia diancam dengan dikenakan tindakan kekerasan bila
ia tidak mau mengubah sikap pro kepada Musa secara suka rela.
Berkata orang mukmin itu menanggapi
anjuran Fir'aun: "Wahai kaumku, sangat aneh sekali sikap dan pendirianmu,
aku berseru kepada kamu untuk kebaikan dan keselamatanmu, kamu berseru kepadaku
untuk berkufur kepada Allah SWT dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang aku
tidak ketahui, sedang aku berseru kepadamu untuk beriman kepada Allah SWT,
Tuhan YAng Maha Esa, Maha Perkasa, lagi Maha Pengampun. Sudah pasti dan tidak
dapat diragukan lagi, bahwa apa yang kamu serukan kepadaku itu tidak akan
menolongku dari murka dan siksa Allah SWT di dunia maupun di akhirat. Dan
sesungguhnya kamu sekalian akan kembali kepada Allah SWT yang akan memberi
pahala syurga bagi orang-orang yang saleh, bertakwa dan beriman, sedang
orang-orang kafir yang telah melampaui batas akan diberi ganjaran dengan api
neraka. Hai kaumku perhatikanlah nasehat dan peringatanku ini. Kamu akan menyadari
kebenaran kata-kataku ini kelak bila sudah tidak berguna lagi orang menyesal
atau merasa susah karena perbuatan yang telah dilakukan. Aku hanya menyerahkan
urusan ku dan nasibku kepada Allah SWT. Dialah Yang Maha Mengetahui dan Maha
Melihat perbuatan dan kelakuan hamba-hamba-Nya."
Bacalah
tentang isi cerita di atas dalam surah "Al-A'raaf" ayat 127 sehingga
ayat 129 juz 9 dan surah "Al-Mukmin" ayat 28 sehingga ayat 33 dan
ayat 38 sehingga ayat 45 juz 24 sebagai berikut :~
127. berkatalah pembesar-pembesar dari kaum Fir'aun (kepada
Fir'aun): "Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan
di negeri ini (Mesir) dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?". Fir'aun
menjawab: "Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup
perempuan-perempuan mereka; dan Sesungguhnya kita berkuasa penuh di atas
mereka".
128. Musa berkata kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan kepada
Allah SWT dan bersabarlah; Sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah SWT;
dipusakakan-Nya kepada siapa yang dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. dan
kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa."
129. kaum Musa berkata: "Kami telah ditindas (oleh Fir'aun)
sebelum kamu datang kepada Kami dan sesudah kamu datang. Musa menjawab:
"Mudah-mudahan Allah SWT membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah
di bumi(Nya), Maka Allah SWT akan melihat bagaimana perbuatanmu. QS.Al-A'raaf 127-129
28. dan seorang laki-laki yang beriman di antara Pengikut-pengikut
Fir'aun yang Menyembunyikan imannya berkata: "Apakah kamu akan membunuh
seorang laki-laki karena Dia menyatakan: "Tuhanku ialah Allah SWT Padahal
Dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu.
dan jika ia seorang pendusta Maka Dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu;
dan jika ia seorang yang benar niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya
kepadamu akan menimpamu". Sesungguhnya Allah SWT tidak menunjuki
orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta.
29. (Musa berkata): "Hai kaumku, untukmulah kerajaan pada hari
ini dengan berkuasa di muka bumi. siapakah yang akan menolong kita dari azab Allah
SWT jika azab itu menimpa kita!" Fir'aun berkata: "Aku tidak
mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik; dan aku tiada
menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar".
30. dan orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku,
Sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa (bencana) seperti Peristiwa
kehancuran golongan yang bersekutu.
31. (yakni) seperti Keadaan kaum Nuh, 'Aad, Tsamud dan orang-orang
yang datang sesudah mereka. dan Allah SWT tidak menghendaki berbuat kezaliman
terhadap hamba-hamba-Nya.
32. Hai kaumku, Sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan siksaan
hari panggil-memanggil[saling minta tolong].
33. (yaitu) hari (ketika) kamu (lari) berpaling ke belakang, tidak
ada bagimu seorangpun yang menyelamatkan kamu dari (azab) Allah SWT, dan siapa
yang disesatkan Allah SWT, niscaya tidak ada baginya seorangpun yang akan
memberi petunjuk.
38. orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku, ikutilah Aku,
aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar.
39. Hai kaumku, Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah
kesenangan (sementara) dan Sesungguhnya akhirat Itulah negeri yang kekal.
40. Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka Dia tidak akan
dibalasi melainkan sebanding dengan kejahatan itu. dan Barangsiapa mengerjakan
amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam Keadaan
beriman, Maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa
hisab.
41. Hai kaumku, Bagaimanakah kamu, aku menyeru kamu kepada
keselamatan, tetapi kamu menyeru aku ke neraka?
42. (Kenapa) kamu menyeruku supaya kafir kepada Allah SWT dan
mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidak kuketahui Padahal aku menyeru kamu
(beriman) kepada yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun?
43. sudah pasti bahwa apa yang kamu seru supaya aku (beriman)
kepadanya tidak dapat memperkenankan seruan apapun baik di dunia maupun di
akhirat[1323]. dan Sesungguhnya kita kembali kepada Allah SWT dan Sesungguhnya
orang-orang yang melampaui batas, mereka Itulah penghuni neraka.
44. kelak kamu akan ingat kepada apa yang kukatakan kepada kamu.
dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT Maha
melihat akan hamba-hamba-Nya".
45. Maka Allah SWT memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka,
dan Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang Amat buruk. QS
Al-Mukmin 28-33 dan 38-45
FIR'AUN
MENGHINA DAN MENGEJEK MUSA
Selain tindakan kekerasan yang ditimpakan
ke atas Bani Isra'il kaumnya Nabi Musa, Fir'aun melontarkan penghinaan dan
kata-kata ejekan terhadap Nabi Musa dalam usahanya memerangi dan membendung
pengaruh Nabi Musa yang semakin beertambah semenjak ia keluar sebagai pemenang
dalam pertandingan melawan tukang-tukang sihir kaum Fir'aun.
Berkata Fir'aun kepada pembesar-pembesar
kerajaannya: "Biarkanlah aku membunuh Musa dan biarlah ia memohon dari
Tuhannya untuk melindunginya. Aku ingin tahu sampai sejauh mana ia dapat
melepaskan diri dari kekuasaanku dan biarlah ia membuktikan kebenaran
kata-kata, bahwa Tuhannya akan melindunginya dari segala tipu daya
musuh-musuhnya."
Di lain kesempatan Fir'aun berkata kepada
rakyatnya yang sudah diperhambakan jiwanya, terbiasa memuja-mujanya, mengiakan
kata-katanya dan mengaminkan segala perintahnya: "Hai rakyatku! Tidakkah
kamu melihat bahwa aku memiliki kerajaan Mesir yang megah dan besar ini di mana
sungai-sungai mengalir dibawah telapak kakiku, sungai-sungai yang memberi
kemakmuran hidup dan kebahagiaan hidup bagi rakyatku? Dan tidakkah kamu melihat
kekuasaanku yang luas dan ketaatan rakyatku yang bulat kepadaku? Bukankah aku
lebih baik dan lebih agung dari Musa yang hina-dina itu yang tidak pintar menguraikan
isi hatinya dan menerangkan maksud tujuannya. Megapa Tuhannya tidak memakaikan
gelang emas, sebagaimana lazimnya orang-orang yang diangkat menjadi raja,
pemimpin atau pembesar? Atau mengapa ia tidak diiringi oleh malaikat-malaikat
sebagai tanda kebesarannya dan bukti kebenarannya bahwa ia adalah pesuruh
Tuhannya?"
Kelompok orang yang mendengar kata-kata
Fir'aun itu dengan serta-merta mengiyakan dan membenarkan kata-kata rajanya
serta menyatakan kepatuhan yang bulat kepada segala titah dan perintahnya
sebagai warga yang setia kepada rajanya, namun zalim dan fasiq terhadap
Tuhannya.
Dari pada itu kesabaran Nabi Musa sampai pada
puncaknya, melihat Fir'aun dan pembantu-pambantunya tetap berkeras kepala
menentang dakwahnya, mendustakan risalahnya dan makin memperhebatkan tindakan
kejamnya terhadap kaum Bani Isra'il terutama para pengikutnya yang
menyembunyikan imannya karena ketakutan daripada kejaran Fir'aun dan
pembalasannya yang kejam dan tidak berperikemanusiaan. Maka disampaikan oleh
Nabi Musa kepada mereka bahwa Allah SWT tidak akan membiarkan mereka
terus-menerus melakukan kekejaman, kezaliman dan penindasan terhamba-hamba-Nya
dan berkufur kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Akan ditimpakan oleh Allah SWT
kepada mereka bila tetap tidak mau sadar dan beriman kepada-Nya, bermacam azb
dan siksa di dunia semasa hidup mereka sebagai pembalasan yang nyata!
Berdoalah Nabi Musa, memohon kepada Allah
SWT: "Ya Tuhan kami, engkau telah memberi kepada Fir'aun dan kaum
kerabatnya kemewahan hidup, harta kekayaan yang meluap-luap dan kenikmatan
duniawi, yang kesemua itu mengakibatkan mereka menyesatkan manusia,
hamba-hamba-Mu, dari jalan yang Engkau ridhoi dan tuntunan yang Engkau berikan.
Ya Tuhan kami, binasakanlah harta-benda mereka dan kunci matilah hati mereka. Mereka
tidak akan beriman dan kembali kepada jalan yang benar sebelum melihat siksaan-Mu
yang pedih."
Berkat doa Nabi Musa dan permohonannya
yang diperkenankan oleh Allah SWT, maka dilandalah kerajaan Fir'aun dengan
krisis keuangan dan makanan, yang disebabkan mengeringnya sungai Nil sehingga
tidak dapat mengairi sawah-sawah dan ladang-ladang disamping serangan hama yang
ganas yang telah menghabiskan padi dan gandum yang sudah menguning dan siap
untuk diketam.
Belumlagi krisis keuangan dan makanan
teratasi datang menyusul bala banjir yang besar disebabkan oleh hujan yang
turun dengan derasnya, sehingga menghanyutkan rumah-rumah, gedung-gedung dan
membinasakan binatang-binatang ternak. Dan sebagai akibat dari banjir itu
berjangkitlah bermacam-macam wabak dan penyakit yang merisaukan masyarakat seperti
hidung berdarah dan lain-lain. Kemudian datanglah barisan kutu-kutu busuk dan
katak-katak yang menyerbu ke dalam rumah-rumah sehingga mengganggu ketenteraman
hidup mereka,menghilangkan kenikmatan makan, minum dan tidur, disebabkan
menyusupnya binatang-binatang itu ke dalam tempat-tempat tidur, hidangan
makanan dan di antara sela-sela pakaian mereka.
Pada waktu azab menimpa dan
bencana-bencana itu sedang melanda berdatanglah mereka kepada Nabi Musa minta
pertolongannya demi kenabiannya, agar memohonkan kepada Allah SWT mengangkat
bala itu dari atas mereka dengan perjanjian bahwa mereka akan beriman dan
menyerahkan Bani Isra'il kepada Nabi Musa sekirannya mereka dapat ditolong dan
terhindar dari azab bala itu.
Akan tetapi begitu bala/azab itu tercabut
dari atas mereka dan hilanglah gangguan yang diakibatkan olehnya, mereka
mengingkari janji mereka dan kembali bersikap memusuhi dan menentang Nabi Musa,
seolah-olah apa yang terjadi bukanlah karena doa dan permohonan Musa kepada Allah
SWT tetapi karena hasil usaha mereka sendiri.
Bacalah tentang isi cerita di atas ayat
26 dari surah "Al-Mukmin" ; ayat 51 sehingga ayat 54 surah
"Az-Zukhruf" ; ayat 88 dan 89 surah "Yunus" dan ayat 130
sehingga ayat 135 surah "Al-A'raaf" sebagimana berikut :~
26. dan berkata Fir'aun (kepada pembesar-pembesarnya):
"Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya,
karena Sesungguhnya aku khawatir Dia akan menukar agamamu atau menimbulkan
kerusakan di muka bumi. {QS. Al-Mukmin 26}
51. dan Fir'aun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata: "Hai
kaumku, Bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai
ini mengalir di bawahku; Maka Apakah kamu tidak melihat(nya)?
52. Bukankah aku lebih baik dari orang yang hina ini dan yang
hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)?
53. mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang dari emas [kepada
Musa] atau Malaikat datang bersama-sama Dia untuk mengiringkannya?"
54. Maka Fir'aun mempengaruhi kaumnya (dengan Perkataan itu) lalu
mereka patuh kepadanya. karena Sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik. {QS. Az-Zukhruf 51-54}
88. Musa berkata: "Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Engkau telah
memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan
dalam kehidupan dunia, Ya Tuhan Kami - akibatnya mereka menyesatkan (manusia)
dari jalan Engkau. Ya Tuhan Kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci
matilah hati mereka, Maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan
yang pedih."
89. AlIah berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan
permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang Lurus
dan janganlah sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak
Mengetahui".{QS. Yunus 88-89}
130. dan Sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir'aun dan) kaumnya
dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan,
supaya mereka mengambil pelajaran.
131. kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka
berkata: "Itu adalah karena (usaha) kami". dan jika mereka ditimpa
kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang
besertanya. ketahuilah, Sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah
SWT, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
132. mereka berkata: "Bagaimanapun kamu mendatangkan
keterangan kepada Kami untuk menyihir Kami dengan keterangan itu, Maka Kami
sekali-kali tidak akan beriman kepadamu".
133. Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak
dan (air yang berubah seperti/menjadi) darah sebagai bukti yang jelas, tetapi
mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.
134. dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu)
merekapun berkata: "Hai Musa, mohonkanlah untuk Kami kepada Tuhamnu dengan
(perantaraan) kenabian yang diketahui Allah SWT ada pada sisimu[559].
Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu dan pada Kami, pasti Kami
akan beriman kepadamu dan akan Kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu".
135. Maka setelah Kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas
waktu yang mereka sampai kepadanya, tiba-tiba mereka mengingkarinya. {QS. Al-A'raaf 130-135}
BANI
ISRA'IL KELUAR DARI MESIR
Bani Isra'il yang cukup menderita akibat
tindasan Fir'aun dan kaumnya cukup merasakan penganiayaan dan hidup dalam
ketakutan di bawah pemerintahan Fir'aun yang kejam dan bengis itu, pada
akhirnya sadar bahwa Musalah yang benar-benar dikirimkan oleh Allah SWT untuk
membebaskan mereka dari cengkaman Fir'aun dan kaumnya. Maka berduyun-duyunlah
mereka datang kepada Nabi Musa memohon pertolongannya agar mengeluarkan mereka
dari Mesir.
Kemudian berangkatlah rombongan kaum Bani
Isra'il di bawah pimpinan Nabi Musa meninggalkan Mesir menuju Baitul Maqdis.
Dengan berjalan kaki dengan cepat karena takut tertangkap oleh Fir'aun dan bala
tenteranya yang mengejar mereka dari belakang akhirnya tibalah mereka pada
waktu fajar di tepi lautan merah setelah selama semalam suntuk dapat melewati
padang pasir yang luas.
Rasa cemas dan takut makin mencekam hati
para pengikut Nabi Musa dan Bani Isra'il ketika melihat laut terbentang di
depan mereka sedang dari belakang mereka dikejar oleh Fir'aun dan bala
tenteranya yang akan berusaha mengembalikan mereka ke Mesir. Mereka tidak
meragukan lagi bahwa bila mereka tertangkap, maka hukuman matilah yang akan
mereka terima dari Fir'aun yang zalim itu.
Berkatalah salah seorang dari sahabat
Nabi Musa, bernama Yusha' bin Nun: "Wahai Musa, ke mana kami harus
pergi?" Musuh berada di belakang kami sedang mengejar dan laut berada di
depan kami yang tidak dapat dilintasi tanpa sampan. Apa yang harus kami perbuat
untuk menyelamatkan diri dari kejaran Fir'aun dan kaumnya?"
Nabi Musa menjawab: "Janganlah kamu kawatir
dan cemas, perjalanan kami telah diperintahkan oleh Allah SWT kepadaku, dan
Dialah yang akan memberi jalan keluar serta menyelamatkan kami dari cengkraman
musuh yang zalim itu."
Pada saat yang kritis itu, di mana para
pengikut Nabi Musa berdebar-debar ketakutan, seraya menanti tindakan Nabi Musa
yang kelihatan tenang saja, turunlah wahyu Allah SWT kepada Nabi-Nya dengan
perintah agar memukulkan air laut dengan tongkatnya. Maka dengan izin Allah SWT
terbelah laut itu, tiap-tiap belahan merupakan seperti gunung yang besar. Di
antara kedua belahan air laut itu terbentang dasar laut yang sudah mengering yang
segera di bawah pimpinan Nabi Musa dilewatilah oleh kaum Bani Isra'il menuju ke
tepi timurnya.
Setelah mereka sudah berada di bagian
tepi timur dalam keadaan selamat terlihatlah oleh mereka Fir'aun dan bala
tenteranya menyusuri jalan yang sudah terbuka di antara dua belah gunung air
itu. Kembali rasa cemas dan takut mengganggu hati mereka seraya memandang
kepada Nabi Musa seolah-olah bertanya apa yang hendak dia lakukan selanjutnya.
Dalam pada itu Nabi Musa telah diilhamkan oleh Allah SWT agar bertenang menanti
Fir'aun dan bala tenteranya turun semua ke dasar laut. Karena takdir Allah SWT
tela mendahului bahwa mereka akan menjadi bala tentera yang tenggelam.
Berkatalah Fir'aun kepada kaumnya tatkala
melihat jalan terbuka bagi mereka di antara dua belah gunung air itu:
"Lihat bagaimana lautan terbelah menjadi dua, memberi jalan kepada kami
untuk mengejar orang-orang yang melarikan diri itu. Mereka mengira bahwa mereka
akan dapat melepaskan dari kejaran dan hukumanku. Mereka tidak mengetahui bahwa
perintahku berlaku dan ditaati oleh laut, bukan lagi oleh manusia. Tidakkah ini
semuanya membuktikan bahwa aku adalah yang berkuasa yang harus disembah
olehmu?" Maka dengan rasa bangga dan sikap sombongnya turunlah Fir'aun dan
bala tenteranya ke dasar laut yang sudah mengering itu melakukan gerak-cepatnya
untuk menyusul Musa dan Bani Isra'il yang sudah berada di tepi bagian timur
sambil menanti hukuman Allah SWT yang telah ditakdirkan terhamba-hamba-Nya yang
kafir itu.
Demikianlah maka setelah Fir'aun dan bala
tenteranya berada di tengah-tengah lautan yang membelah itu, jauh dari ke dua
tepinya, tibalah perintah Allah SWT dan kembalilah air yang menggunung itu
menutupi jalur jalan yang terbuka di mana Fir'aun dengan sombongnya sedang
memimpin barisan tenteranya mengejar Musa dan Bani Isra'il. Terpendamlah mereka
hidup-hidup di dalam laut dan berakhirlah riwayat hidup Fir'aun dan kaumnya
untuk menjadi kenangan sejarah dan ibrah bagi generasi- akan datang.
Pada detik-detik akhir hayatnya, seraya
berjuang untuk menyelamatkan diri dari maut yang sudah berada di depan matanya,
berkatalah Fir'aun: "Aku percaya bahwa tiada tuhan selain Tuhan Musa dan
Tuhan Bani Isra'il. Aku beriman pada Tuhan mereka dan berserah diri kepada-Nya
sebagai salah seorang muslim."
Berfirmanlah Allah SWT kepada Fir'aun
yang sedang menghadapi sakaratul-maut: "Baru sekarangkah engkau berkata
beriman kepada Musa dan berserah diri kepada-Ku? Tidakkah kekuasaan ketuhananmu
dapat menyelamatkan engkau dari maut? Baru sekarangkah engkau sadar dan percaya
setelah sepanjang hidupmu bermaksiat, melakukan penindasan dan kezaliman
terhadap hamba-hamba-Ku dan berbuat-sewenang-wenang, merusak akhlak dan aqidah
manusia-manusia yang berada di bawah kekuasaanmu. Terimalah sekarang
pembalasan-Ku yang akan menjadi pengajaran bagi orang-orang yang akan datang
sesudahmu. Akan Aku apungkan tubuh kasarmu untuk menjadi peringatan bagi
orang-orang yang meragukan akan kekuasaan-Ku."
Bani Isra'il pengikut-pengikut Nabi Musa
masih meragukan kematian Fir'aun. Mereka masih terpengaruh dengan kenyataan
yang ditanamkan oleh Fir'aun semasa ia berkuasa sebagai raja bahwa dia adalah
manusia luar biasa lain daripada yang lain dan bahwa dia akan hidup kekal
sebagai tuhan dan tidak akan mati. Khayalan yang masih melekat pada pikiran mereka
menjadikan mereka tidak mau percaya bahwa dengan tenggelamnya, Fir'aun sudah
mati. Mereka menyatakan kepada Musa bahwa Fir'aun mungkin masih hidup namun di
alam lain.
Nabi Musa berusaha menyakinkan kaumnya
bahwa apa yang terpikir oleh mereka tentang Fir'aun adalah suatu khayalan
belaka dan bahwa Fir'aun sebagai orang biasa telah mati tenggelam akibat
pembalasan Allah SWT atas perbuatannya, menentang kekuasaan Allah SWT
mendustakan Nabi Musa dan menindaskan serta memperhambakan Bani Isra'il. Dan
setelah melihat dengan mata kepala sendiri, tubuh-tubuh Firaun dan
orang-orangnya terapung-apung di permukaan air, hilanglah segala tahayul mereka
tentang Fir'aun dan kesaktiannya.
Menurut catatan sejarah, bahwa mayat
Fir'aun yang terdampar di pantai diketemukan oleh orang-orang Mesir, lalu
diawet hingga utuh sampai sekarang, sebagai mana dapat dilihat di musium Mesir.
Tentang isi cerita yang terurai di atas
dapat di baca dalam surah "Thaha" ayat 77 sehingga 79 ; surah
"Asy-Syua'ra" ayat 60 sehingga 68 ; surah "Yunus" ayat 90
sehingga 92 sebagaimana berikut :~
77. dan Sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa:
"Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, Maka
buatlah untuk mereka jalan yang kering dilaut itu[dengan memukul tongkat], kamu
tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam)".
78. Maka Fir'aun dengan bala tentaranya mengejar mereka, lalu
mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka.
79. dan Fir'aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi
petunjuk. {QS. Thaha 77-79}
60. Maka Fir'aun dan bala tentaranya dapat menyusuli mereka di
waktu matahari terbit.
61. Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah
Pengikut-pengikut Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan
tersusul".
62. Musa menjawab: "Sekali-kali tidak akan tersusul;
Sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku".
63. lalu Kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan itu
dengan tongkatmu". Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan
adalah seperti gunung yang besar.
64. dan di sanalah Kami dekatkan golongan yang lain[Fir'aun dan
kaumnya].
65. dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya
semuanya.
66. dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu.
67. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu
tanda yang besar (mukjizat) dan tetapi adalah kebanyakan mereka tidak beriman.
68. dan Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah yang Maha Perkasa
lagi Maha Penyayang. {QS. Asy-Syua'ra 60-68}
90. dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka
diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak Menganiaya dan menindas
(mereka); hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia:
"Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh
Bani Israil, dan saya Termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah SWT)".
91. Apakah sekarang (baru kamu percaya), Padahal Sesungguhnya kamu
telah durhaka sejak dahulu, dan kamu Termasuk orang-orang yang berbuat
kerusakan.
92. Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu [jasad Fir’aun]
supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan
Sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami. {QS. Yunus 90-92}
NABI MUSA
A.S. DAN BANI ISRA'IL SETELAH KELUAR DARI MESIR
Dalam perjalanan menuju Thur Sina setelah
melintasi lautan di bagian utara dari Laut Merah dan setelah mereka merasa aman
dari kejaran Fir'aun dan kaumnya. Bani Isra'il yang dipimpin oleh Nabi Musa itu
melihat sekelompok orang-orang yang sedang menyembah berhala dengan tekunnya.
Berkatalah mereka kepada Nabi Musa: "Wahai Musa, buatlah untuk kami sebuah
tuhan berhala sebagaimana mereka mempunyai berhala-berhala yang disembah
sebagai tuhan." Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu ini adalah
orang-orang yang bodoh dan tidak berpikiran sehat. Persembahan mereka itu
kepada berhala adalah perbuatan yang sesat dan bathil serta pasti akan
dihancurkan oleh Allah SWT. Patutkah aku mencari tuhan untuk kamu selain Allah
SWT yang telah memberikan kurnia kepada kamu, dengan menyelamatkan kamu dari
Fir'aun, melepaskan kamu dari perhambaannya dan penindasannya serta memberikan
kamu kelebihan di atas umat-umat yang lain.Sesungguhnya suatu permintaan yang
aneh daripada kamu, bahwa kamu akan mencari tuhan selain Allah SWT yang
demikian besar nikmatnya atas kamu, Allah SWT pencipta langit dan bumi serta
alam semesta. Allah SWT yang baru saja kamu saksikan kekuasaan-Nya dengan
ditenggelamkannya Fir'aun berserta bala tenteranya untuk keselamatan dan
kelangsungan hidupmu."
Perjalanan Nabi Musa dan Bani Isra'il
dilanjutkan ke Gurun Sinai di mana panas matahari sangat teriknya dan sunyi
dari pohon-pohon atau bangunan di mana orang dapat berteduh di bawahnya. Atas
permohonan Nabi Musa yang didesak oleh kaumnya yang sedang kepanasan diturunkan
oleh Allah SWT di atas mereka awan yang tebal untuk mereka bernaung dan
berteduh di bawahnya dari panas teriknya matahari. Di samping itu tatkala
bekalan makanan dan minuman mereka sudah berkurangan dan tidak mencukupi
keperluan. Allah SWT menurunkan hidangan makanan "manna" - sejenis
makanan yang manis sebagai madu dan "salwa" - burung sebangsa puyuh
dengan diiringi firman-Nya: "Makanlah Kami dari makanan-makanan yang baik
yang Kami telah turunkan bagimu."
Demikian pula tatkala pengikut-pengikut
Nabi Musa mengeluh kehabisan air untuk minum dan mandi di tempat yang tandus
dan kering itu, Allah SWT mewahyukan kepada Musa agar memukul batu dengan
tongkatnya. Lalu memancarlah dari batu yang dipukul itu dua belas mata air,
untuk dua belas suku bangsa Isra'il yang mengikuti Nabi Musa, masing-masing
suku mengetahui sendiri dari mata air mana mereka mengambil keperluan airnya.
Bani Isra'il pengikut Nabi Musa yang
sangat manja itu, merasa masih belum cukup atas apa yang telah Allah SWT
berikan kepada mereka yang telah menyelamatkan mereka dari perhambaan dan
penindasan Fir'aun, memberikan mereka hidangan makanan dan minuman yang lazat
dan segar di tempat yang kering dan tandus mereka menuntut lagi dari Nabi Musa
agar memohon kepada Allah SWT menurunkan bagi mereka apa yang ditumbuhkan oleh
bumi dari rupa-rupa sayur-mayur, seperti ketimun, bauang putih, kacang adas dan
bauang merah karena mereka tidak puas dengan satu macam makanan.
Terhadap tuntutan mereka yang aneh-aneh
itu berkatalah Nabi Musa: "Maukah kamu memperoleh sesuatu yang rendah
nilai dan harganya sebagai pengganti dari apa yang lebih baik yang telah Allah
SWT kurniakan kepada kamu? Pergilah kamu ke suatu kota di mana pasti kamu akan
dapat apa yang telah kamu inginkan dan kamu minta."
Pokok
cerita tersebut di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah "Al-A'raaf
ayat 138 sehingga 140 dan 160 ; serta surah "Al-Baqarah" ayat 61 yang
berbunyi sebagai berikut :~
138. dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu[bagian
utara dari laut Merah], Maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap
menyembah berhala mereka, Bani lsrail berkata: "Hai Musa. buatlah untuk
Kami sebuah Tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa Tuhan
(berhala)". Musa menjawab: "Sesungguh-nya kamu ini adalah kaum yang
tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)".
139. Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang
dianutnya dan akan batal apa yang seIalu mereka kerjakan.
140. Musa menjawab: "Patutkah aku mencari Tuhan untuk kamu
yang selain dari pada Allah SWT, Padahal Dialah yang telah melebihkan kamu atas
segala umat [yaitu Bani Israil pada masa Nabi Musa a.s. ].
160. dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang
masing-masingnya berjumlah besar dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta
air kepadanya: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu!". Maka
memancarlah dari padanya duabelas mata air. Sesungguhnya tiap-tiap suku
mengetahui tempat minum masing-masing. dan Kami naungkan awan di atas mereka
dan Kami turunkan kepada mereka manna [makanan manis seperti madu] dan
salwa[burung sebangsa puyuh]. (kami berfirman): "Makanlah yang baik-baik
dari apa yang telah Kami rezkikan kepadamu". mereka tidak Menganiaya Kami,
tapi merekalah yang selalu Menganiaya dirinya sendiri. {QS. Al-A'raaf, 138-140 dan 160}
61. dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, Kami tidak
bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. sebab itu mohonkanlah untuk
Kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi Kami dari apa yang ditumbuhkan
bumi, Yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bauang putihnya, kacang adasnya, dan bauang
merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai
pengganti yang lebih baik ? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh
apa yang kamu minta". lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan
kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah SWT. hal itu (terjadi)
karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah SWT dan membunuh Para Nabi
yang memang tidak dibenarkan. demikian itu (terjadi) karena mereka selalu
berbuat durhaka dan melampaui batas. {QS.
Al-Baqarah 61}
MUSA
BERMUNAJAT KEPADA ALLAH SWT
Menurut riwayat sementara ahli tafsir, bahwasanya
tatkala Nabi Musa berada di Mesir, ia telah berjanji kepada kaumnya akan
memberi mereka sebuah kitab suci yang dapat digunakan sebagai pedoman hidup
yang akan memberi bimbingan dan sebagai tuntunan bagaimana cara mereka bergaul
dan bermuamalah dengan sesama manusia dan bagaimana mereka harus melakukan
persembahan dan ibadah mereka kepada Allah SWT. Di dalam kitab suci itu mereka
akan dapat petunjuk akan hal-hal yang halal dan haram, perbuatan yang baik yang
diridhoi oleh Allah SWT di samping perbuatan-perbuatan yang mungkar yang dapat
mengakibatkan dosa dan murkanya Tuhan.
Maka setelah perjuangan menghadapi
Fir'aun dan kaumnya yang telah tenggelam binasa di laut, selesai, Nabi Musa
memohon kepada Allah SWT agar diberinya sebuah kitab suci untuk menjadi pedoman
dakwah dan risalahnya kepada kaumnya. Lalu Allah SWT memerintahkan kepadanya
agar untuk itu ia berpuasa selama tiga puluh hari penuh, iaiut semasa bulan
Zulkaedah. Kemudian pergi ke Bukit Thur Sina di mana ia akan diberi kesempatan
bermunajat dengan Tuhan serta menerima kitab penuntun yang diminta.
Setelah berpuasa selama tiga puluh hari
penuh dan tiba saat ia harus menghadap kepada Allah SWT di atas bukit Thur Sina
Nabi Musa merasa segan akan bermunajat kepada Tuhannya dalam keadaan mulutnya
berbau kurang sedap akibat puasanya. Maka ia menggosokkan giginya dan mengunyah
daun-daunan dalam usahanya menghilangkan bau mulutnya. Ia ditegur oleh malaikat
yang datang kepadanya atas perintah Allah SWT. Berkatalah malaikat itu kepadanya:
"Hai Musa, mengapa engkau harus menggosokkan gigimu untuk menghilangkan
bau mulutmu yang menurut anggapanmu kurang sedap, padahal bau mulutmu dan mulut
orang-orang yang berpuasa bagi kami adalah lebih sedap dan lebih bernilai dari
baunya kasturi. Maka akibat tindakanmu itu, Allah SWT memerintahkan kepadamu
berpuasa lagi selama sepuluh hari sehingga menjadi lengkaplah masa puasamu
sepanjang empat puluh hari."
Nabi Musa mengajak tujuh puluh orang yang
telah dipilih diantara pengikutnya untuk menyertainya ke bukit Thur Sina dan
mengangkat Nabi Harun sebagai wakilnya mengurus serta memimpin kaum yang
ditinggalkan selama kepergiannya ke tempat bermunajat itu.
Pada saat yang telah ditentukan tibalah
Nabi Musa seorang diri di bukit Thur Sina mendahului tujuh puluh orang yang
diajaknya turut serta. Dan ketika ia ditanya oleh Allah SWT: "Mengapa
engkau datang seorang diri mendahului kaummu, hai Musa?" Ia menjawab:
"Mereka sedang menyusul di belakangku, wahai Tuhanku. Aku cepat-cepat
datang lebih dahulu untuk mencapai ridho-Mu."
Berkatalah Musa dalam munajatnya kepada Allah
SWT: "Wahai Tuhamku, nampakkanlah zat-Mu kepadaku, agar aku dapat
melihat-Mu"
Allah SWT berfirman: "Engkau tidak
akan sanggup melihat-Ku, tetapi cobalah lihat bukit itu, jika ia tetap berdiri
tegak di tempatnya sebagaimana sedia kala, maka niscaya engkau akan dapat
melihat-Ku." Lalu menolehlah Nabi Musa mengarahkan pandangannya ke bukit
yang dimaksudkan itu yang seketika itu juga dilihatnya hancur luluh masuk ke
dalam perut bumi tanpa menghilangkan bekas. Maka terperanjatlah Nabi Musa,
gementarlah seluruh tubuhnya dan jatuh pingsan.
Setelah ia sadar kembali dari pengsannya,
bertasbih dan bertahmidlah ia seraya memohon ampun kepada Allah SWT atas
kelancangannya itu dan berkata: "Maha Besarlah Engkau wahai Tuhanku,
ampunilah aku dan terimalah taubatku dn aku akan menjadi orang yang pertama
beriman kepada-Mu."
Dalam kesempatan bermunajat itu, Allah SWT
menerimakan kepada Nabi Musa kitab suci "Taurat" berupa
kepingan-kepingan batu-batu atau kepingan kayu menurut sementara ahli tafsir
yang di dalamnya tertulis segala sesuatu secara terperinci dan jelas mengenai
pedoman hidup dan penuntun kepada jalan yang diridhoi oleh Allah SWT.
Allah SWT mengiringi pemberian
"Taurat" kepada Musa dengan firman-Nya: "Wahai Musa,
sesungguhnya Aku telah memilih engkau lebih dari manusia-manusia yang lain di
masamu, untuk membawa risalah-Ku dan menyampaikan kepada hamba-hamba-Ku. Aku
telah memberikan kepadamu keistimewaan dengan dapat berbicara langsung dengan
Aku, maka bersyukurlah atas segala kurnia-Ku kepadamu dan berpegang teguhlah
pada apa yang Aku tuturkan kepadamu. Dalam kitab yang Aku berikan kepadamu
terhimpun tuntunan dan pengajaran yang akan membawa Bani Isra'il ke jalan yang
benar, ke jalan yang akan membawa kebahagiaan dunia dan akhirat bagi mereka.
Anjurkanlah kaummu Bani Isra'il agar mematuhi perintah-perintah-Ku jika mereka
tidak ingin Aku tempatkan mereka di tempat-tempat orang-orang yang fasiq."
Bacalah tentang kisah munajat Nabi Musa
ini, surah "Thaha" ayat 83 dan 84 dan surah "Al-a'raaf"
ayat 142 sehingga ayat 145 sebagaimana berikut :~
83. mengapa kamu datang lebih cepat daripada kaummu, Hai Musa?
84. berkata, Musa: "Itulah mereka sedang menyusuli aku dan aku
bersegera kepada-Mu. Ya Tuhanku, agar supaya Engkau ridha (kepadaku)". {QS. Thaha" ayat 83- 84}
142. dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat)
sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu
dengan sepuluh (malam lagi), Maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan
Tuhannya empat puluh malam. dan berkata Musa kepada saudaranya Yaitu Harun:
"Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah[perbaikilah
dirimu dan kaummu serta hal ihwal mereka], dan janganlah kamu mengikuti jalan
orang-orang yang membuat kerusakan".
143. dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu
yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya,
berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku
dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali
tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, Maka jika ia tetap di
tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". tatkala
Tuhannya Menampakkan diri kepada gunung itu[**], dijadikannya gunung itu hancur
luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, Dia berkata:
"Maha suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang
pertama-tama beriman".
144. Allah SWT berfirman: "Hai Musa, Sesungguhnya aku memilih
(melebihkan) kamu dan manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku
dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa
yang aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu Termasuk orang-orang yang
bersyukur."
145. dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh[kepingan dari
batu atau kayu yang tertulis padanya isi Taurat] segala sesuatu sebagai
pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu; Maka (kami berfirman):
"Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepada
(perintah-perintahnya) dengan sebaik-baiknya[567], nanti aku akan
memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasik .{QS. Al-a'raaf, 142-145}
[**] Para mufassirin ada yang mengartikan yang
nampak oleh gunung itu ialah kebesaran dan kekuasaan Allah SWT, dan ada pula
yang menafsirkan bahwa yang nampak itu hanyalah cahaya Allah SWT. Bagaimanapun
juga nampaknya Tuhan itu bukanlah nampak makhluk, hanyalah nampak yang sesuai
sifat-sifat Tuhan yang tidak dapat diukur dengan ukuran manusia.
BANI
ISRA'IL KEMBALI MENYEMBAH PATUNG ANAK LEMBU
Nabi Musa berjanji kepada Bani Isra'il
yang ditinggalkan di bawah pimpinan Nabi Harun bahwa ia tidak akan meninggalkan
mereka lebih lama dari tiga puluh hari, dalam perjalananya ke Thur Sina untuk
berminajat dengan Tuhan. Akan tetapi berhubung dengan adanya perintah Allah SWT
kepada Musa untuk melengkapi jumlah hari puasanya menjadi empat puluh hari,
maka janjinya itu tidak dapat ditepati dan kedatangannya kembali ke
tengah-tengah mereka tertunda menjadi sepuluh hari lebih lama daripada yang
telah dijanjikan.
Bani Isra'il merasa kecewa dan
menyesalkan kelambatan kedatangan Nabi Musa kembali ke tengah-tengah mereka. Mereka
menggerutu dan mengomel dengan melontarkan kata-kata kepada Nabi Musa
seolah-olah ia telah meninggalkan mereka dalam kegedelapan dan dalam keadaan
yang tidak menentu. Mereka merasa seakan-akan telah kehilangan pimpinan yang
biasanya memberi bimbingan dan petunjuk-petunjuk kepada mereka.
Keadaan yang tidak puas dan bingung yang
sedang meliputi kelompok Bani Isra'il itu, digunakan oleh seprg munafiq,
bernama Samiri yang telah berhasil menyusup ke tengah-tengah mereka, sebagai
kesempatan yang baik untuk menyebarkan benih syiriknya dan merusakkan akidah
para pengikut Nabi Musa yang baru saja menerima ajaran tauhid dan iman kepada Allah
SWT. Samiri yang munafiq itu menghasut mereka dengan kata-kata bahwa Musa telah
tersesat dalam tugasnya mencari Tuhan bagi mereka dan bahwa dia tidak dapat
diharapkan kembali dan karena itu dianjurkan oleh Samiri agar mereka mencari
tuhan lain sebagai ganti dari Tuhan Musa.
Samiri melihat bahwa hasutan itu dapat
menggoyahkan iman dan akidah pengikut-pengikut Musa yang memang belum meresapi
benar ajaran tauhidnya segera membuat patung bagi mereka untuk disembah sebagai
tuhan pengganti Tuhannya Nabi Musa. PAtung itu berbentuk anak lembu yang
dibuatnya dari emas yang dikumpulkan dari perhiasan-perhiasan para wanita.
Dengan kepandaian tektiknya patung itu dibuat begitu rupa sehingga dapat
mengeluarkan suara menguap seakan-akan anak lembu sejati yang hidup. Maka
diterimalah anak patung lembu itu oleh Bani Isra'il pengikut Nabi Musa yang
masih lemah iman dan akidahnya itu sebagai tuhan persembahan mereka.
Ditegurlah mereka oleh Nabi Harun yang
berkata: "Alangkah bodohnya kamu ini! Tidakkah kamu melihat anak lembu
yang kamu sembah ini tidak dapat berbicara dengan kamu dan tidak pula dapat
menuntun kamu ke jalan yang benar. Kamu telah menganiaya diri kamu sendiri
dengan menyembah pada sesuatu selain Allah SWT."
Teguran Nabi Harun itu dijawab oleh
mereka yang telah termakan hasutan Samiri itu dengan kata-kata: "Kami akan
tetap berpegang pada anak lembu ini sebagai tuhan persembahan kami sampai Musa
kembali ke tengah-tengah kami."
Nabi Harun tidak dapat berbuat banyak
menghadapi kaumnya yang telah berbalik menjadi murtad itu, karena ia kawatir
kalau mereka dihadapi dengan sikap yang keras, akan terjadi perpecahan di
antara mereka dan akan menjadi keadaan yang lebih rumit dan gawat sehingga
dapat menyulitkan baginya dan bagi Nabi Musa kelak bila ia datang untuk
mencarikan jalan keluar dari krisis iman yang melanda kaumnya itu. Ia hanya
memberi peringatan dan nasehat kepada mereka sambil menanti kedatanagan Musa
kembali dari Thur Sina.
Dalam pada itu, Nabi Musa setelah selesai
bermunajat dengan Tuhan dan dalam perjalanannya kembali ke tempat di mana
kaumnya sedang menunggu memperolehi isyarat tentang apa yang telah terjadi dan
dialami oleh Nabi Harun selama ketiadaannya. Nabi Musa sangat marah dan sedih
hati tatkala ia tiba di tempat dan melihat kaumnya sedang berpesta mengelilingi
anak patung lembu emas, menyembahnya dan memuji-mujinya. Dan karena sangat
marah dan sedihnya ia tidak dapat menguasai dirinya, kepingan-kepingan Taurat
dilemparkan berantakan. Harun saudaranya dipegang rambut kepalanya ditarik
kepadanya seraya berkata menegur: "Apa yang engkau buat tatkala engkau
melihat mereka tersesat dan terkena oleh hasutan dan fitnahan Samiri? Tidakkah
engkau mematuhi perintahku dan pesanku ketika aku menyerahkan mereka kepadamu
untuk engkau pimpin? Tidakkah engkau berdaya melawan hasutan Samiri dengan
memberi petunjuk dan penerangan kepada mereka dan mengapa engkau tidak cepat
memadamkan api kemurtadan ini sebelum menjadi besar begini?"
Harun berkata menanggapi teguran Musa:
"Hai anak ibuku, janganlah engkau memegang jangut dan rambut kepalaku,
menarik-narikku. Aku telah berusaha memberi nasehat dan teguran kepada mereka,
namun mereka tidak mengindahkan kata-kataku. Mereka menganggapkan aku lemah dan
mengancam akan membunuhku. Aku kawatir jika aku menggunakan sikap dan tindakan
yang keras, akan terjadi perpecahan dan permusuhan di antara sesama kita, hal
mana akan menjadikan engkau lebih marah dan sedih. Lepaskanlah aku dan
janganlah membuatkan musuh-musuhku bergembira melihat perlakuanmu terhadap
diriku. Janganlah disamakan aku dengan orang-orang yang zalim."
Setelah mereda rasa jengkel dan sedihnya
dan memperoleh kembali ketenangannya, berkatalah Nabi Musa kepada Samiri, orang
munafiq yang menjadi biang keladi dari kekacauan dan kesesatan itu: "Hai
Samiri, apakah yang mendorongmu menghasut dan menyesatkan kaumku, sehingga
mereka kembali menjadi murtad, menyembah patung yang engkau buatkan dari emas
itu?"
Samiri menjawab: "Aku telah melihat
sesuatu yang mereka tidak melihatnya. Aku telah melihat kuda malaikat Jibril.
aku mengambil segenggam tanah bekas jejak telapak kakinya itu, lalu aku
lemparkannya ke dalam emas yang mencair di atas api dan terjadilah patung anak
lembu yang dapat mengaum, mengeluarkan suara sebagaimana anak lembu
biasa.Demikianlah hawa nafsuku membujukku untuk berbuat itu."
Berkata Nabi Musa kepada Samiri:
"Pergilah engkau dan jauhilah pergaulan manusia sebab karena perbuatan
kamu ituengkau harus dikucilkan Ini adalah ganjaranmu di dunia, sedang di
akhirat nerakalah akan menjadi tempatmu. Dan tuhanmu yang engkau buat dan
sembah ini kami akan bakar dan campakkannya ke dalam laut."
Kemudian berpalinglah Nabi Musa kepada
kaumnya berkata: "Hai kaumku, alangkah buruknya perbuatan yang kamu telah
kerjakan setelah kepergianku! Apakah engkau hendak mendahului janji Tuhanmu?
Bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu janji yang baik, berupa kitab suci?
Ataukah engkau menghendaki kemurkaan Tuhan menimpa atas dirimu, karena
perbuatanmu yang buruk itu dan perlanggaranmu terhadap perintah-perintah dan
ajaran-ajaranku."
Kaum Musa menjawab: "Kami tidak
sesekali melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, akan tetapi kami
disuruh membawa beban-beban perhiasan yang berat kepunyaan orang Mesir yang
atas anjuran Samiri kami lemparkan ke dalam api yang sedang menyala. Kemudian
perhiasan-perhiasan yang kami lemparkan itu menjelma menjadi patung anak lembu
yang bersuara, sehingga dapat menyilaukan mata kepala kami dan menggoyahkan
iman yang sudah tertanam di dalam dada kami."
Berkata Musa kepada mereka:
"Sesungguhnya kamu telah berbuat dosa besar dan menyia-nyiakan dirimu
sendiri dengan menjadikan patung anak lembu itu sebagai persembahanmu, maka
bertaubatlah kamu kepada Tuhan, Penciptamu dan Pencipta alam semesta dan
mohonlah ampun daripadanya agar Dia menunjukkan kembali kepada jalan yang
benar."
Akhirnya kaum Musa itu sadar atas
kesalahannya dan mengakui bahwa mereka telah disesatkan oleh syaitan dan memohon
ampun dan rahmat Allah SWT agar selanjutnya melindungi mereka dari godaan
syaitan dan iblis yang akan merugikan mereka di dunia dan akhirat. Demikian
pula Nabi Musa beristighfar memohon ampun baginya dan bagi Harun saudaranya
setalah ternyata bahwa ia tidak melalaikan tugasnya sebagai wakil Musa dalam
menghadapi krisis iman yang dialami oleh kaumnya. Berdoa Musa kepada Tuhannya:
"Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami berdua ke
dalam lingkaran rahmat-Mu sesungguhnya Engkaulah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang."
Setelah suasana yang meliputi hubungan
Musa dengan Harun di satu pihak dan hubungan mereka berdua dengan kaumnya di
lain pihak menjadi tenang kembali, kepingan-kepingan Taurat yang bertaburan
sudah dihimpun dan disusun sebagaimana asalnya, maka Allah SWT memerintahkan
kepada Musa agar membawa sekelompok dari kaumnya menghadap untuk meminta ampun
atas dosa mereka menyembah patung anak lembu.
Tujuh puluh orang dipilih oleh Nabi Musa
di antara kaumnya untuk diajak pergi bersama ke Thur Sina memenuhi perintah Allah
SWT meminta ampun atas dosa kaumnya. Mereka diperintahkan untuk keperluan itu
agar berpuasa, mensucikan diri, pakaian mereka dan pada waktu yang telah
ditentukan berangkatlah Nabi Musa bersama tujuh puluh orang itu menuju ke bukit
Thur Sina.
Setiba mereka di Thur Sina turunlah awan
yang tebal meliputi seluruh bukit, kemudian masuklah Nabi Musa diikuti para
pengikutnya ke dalam awan gelap itu dan segera mereka bersujud. Dan sementara
bersujud terdengarlah oleh kelompok tujuh puluh itu perberbicaraan Nabi Musa
dengan Tuhannya. Pada saat itu timbullah dalam hati mereka keinginan untuk
melihat Zat Allah SWT dengan mata kepala mereka setelah mendengar perberbicaraan-Nya
dengan telinga.Maka setelah selesai Nabi Musa berbicara dengan Allah SWT
berkatalah mereka kepadanya: "Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum
kami melihat Allah SWT dengan terang." Dan sebagai jawaban atas keinginan
mereka yang menunjukkan keingkaran dan ketakaburan itu, Allah SWT seketika itu
juga mengirimkan halilintar yang menyambar dan merenggut nyawa mereka
sekaligus.
Nabi Musa merasa sedih melihat nasib
fatal yang menimpa kelompok tujuh puluh orang yang merupakan orang-orang yang
terbaik di antara kaumnya. Ia berseru memohon kepada Allah SWT agar diampuni
dosa mereka seraya berkata: "Wahai Tuhanku, aku telah pergi ke Thur Sina
dengan tujuh puluh orang yang terbaik di antara kaumku kemudian aku akan
kembali seorang diri, pasti kaumku tidak akan mempercayaiku. Ampunilah dosa
mereka, wahai Tuhanku dan kembalilah kepada mereka nikmat hidup yang Engkau
telah cabut sebagai pembalasan atas keinginan dan permintaan mereka yang
durhaka itu."
Alah memperkenankan doa Musa dan
permohonannya dengan dihidupkan kembali kelompok tujuh puluh orang itu, maka
bangunlah mereka seakan-akan orang yang baru sadar dari pengsannya. Kemudian
pada kesempatan itu Nai Musa mengambil janji dari mereka bahwa mereka akan
berpegangan teguh kepada kitab Taurat sebagai pedoman hidup mereka melaksanakan
perinta-perintahnya dan menjauhi segala apa yang dilarangnya.
Pokok
cerita yang diuraikan di atas, dikisahkan oleh Al-Quran dalam banyak tempat, di
antaranya surah "Thaha" ayat 85 sehingga 98, surah "Al-A'raaf
ayat 149, 151, 154, 155 dan surah "Al-Baqarah" ayat 55, 56, 63 dan 64
sebagai berikut :~
85. Allah SWT berfirman: "Maka Sesungguhnya Kami telah menguji
kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri[seorang
dan Bani Israil dari suku Assamirah].
86. kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih
hati. berkata Musa: "Hai kaumku, Bukankah Tuhanmu telah menjanjikan
kepadamu suatu janji yang baik? Maka Apakah terasa lama masa yang berlalu itu
bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu, dan kamu
melanggar perjanjianmu dengan aku?".
87. mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak melanggar
perjanjianmu dengan kemauan Kami sendiri, tetapi Kami disuruh membawa
beban-beban dari perhiasan kaum itu, Maka Kami telah melemparkannya, dan
demikian pula Samiri melemparkannya[emas ke dalam lobang cetakan patung
sapi]",
88. kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lobang itu)
anak lembu yang bertubuh dan bersuara[karena ada tiupan angin], Maka mereka
berkata: "Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa".
89. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan bahwa patung anak lembu
itu tidak dapat memberi jawaban kepada mereka, dan tidak dapat memberi
kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan?
90. dan Sesungguhnya Harun telah berkata kepada mereka sebelumnya:
"Hai kaumku, Sesungguhnya kamu hanya diberi cobaan dengan anak lembu. itu
dan Sesungguhnya Tuhanmu ialah (tuhan) yang Maha pemurah, Maka ikutilah aku dan
taatilah perintahku".
91. mereka menjawab: "Kami akan tetap menyembah patung anak
lembu ini, hingga Musa kembali kepada kami".
92. berkata Musa: "Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika
kamu melihat mereka telah sesat,
93. (sehingga) kamu tidak mengikuti Aku? Maka Apakah kamu telah
(sengaja) mendurhakai perintahku?"
94. Harun menjawab' "Hai putera ibuku, janganlah kamu pegang
janggutku dan jangan (pula) kepalaku; Sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan
berkata (kepadaku): "Kamu telah memecah antara Bani Israil dan kamu tidak
memelihara amanahku".
95. berkata Musa: "Apakah yang mendorongmu (berbuat demikian)
Hai Samiri?"
96. Samiri menjawab: "Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak
mengetahuinya, Maka aku ambil segenggam dari jejak rasul[ajaran-ajaranya] lalu
aku melemparkannya, dan Demikianlah nafsuku membujukku".
97. berkata Musa: "Pergilah kamu, Maka Sesungguhnya bagimu di
dalam kehidupan di dunia ini (hanya dapat) mengatakan: "Janganlah
menyentuh (aku/menjauh dari ku)”. dan Sesungguhnya bagimu hukuman (di akhirat)
yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya, dan lihatlah Tuhanmu itu yang
kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya Kami akan membakarnya, kemudian Kami
sungguh-sungguh akan menghamburkannya ke dalam laut (berupa Abu yang
berserakan).
98. Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah SWT, yang tidak ada Tuhan
selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu".(QS. Thaha 85-98)
149. dan setelah mereka sangat menyesali perbuatannya dan
mengetahui bahwa mereka telah sesat, merekapun berkata: "Sungguh jika
Tuhan Kami tidak memberi rahmat kepada Kami dan tidak mengampuni Kami, pastilah
Kami menjadi orang-orang yang merugi."
150. dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan
sedih hati berkatalah dia: "Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan
sesudah kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu[tidak sabar
menantiku dengan kabar dari Allah SWT SWT]? dan Musapun melemparkan luh-luh
(Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya
ke arahnya, Harun berkata: "Hai anak ibuku, Sesungguhnya kaum ini telah
menganggapku lemah dan Hampir-hampir mereka membunuhku, sebab itu janganlah
kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku
ke dalam golongan orang-orang yang zalim"
151. Musa berdoa: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan
masukkanlah Kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di
antara Para Penyayang".
152. Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan anak lembu (sebagai
sembahannya), kelak akan menimpa mereka kemurkaan dari Tuhan mereka dan
kehinaan dalam kehidupan di dunia. Demikianlah Kami memberi Balasan kepada
orang-orang yang membuat-buat kebohongan.
153. orang-orang yang mengerjakan kejahatan, kemudian bertaubat
sesudah itu dan beriman; Sesungguhnya Tuhan kamu sesudah taubat yang disertai
dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
154. sesudah amarah Musa menjadi reda, lalu diambilnya (kembali)
luh-luh (Taurat) itu; dan dalam tulisannya terdapat petunjuk dan rahmat untuk
orang-orang yang takut kepada Tuhannya.
155. dan Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk
(memohonkan taubat kepada Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan. Maka
ketika mereka digoncang gempa bumi, Musa berkata: "Ya Tuhanku, kalau
Engkau kehendaki, tentulah Engkau membinasakan mereka dan aku sebelum ini.
Apakah Engkau membinasakan Kami karena perbuatan orang-orang yang kurang akal
di antara kami? itu hanyalah cobaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cobaan
itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang
Engkau kehendaki[573]. Engkaulah yang memimpin Kami, Maka ampunilah Kami dan berilah
Kami rahmat dan Engkaulah pemberi ampun yang sebaik-baiknya".(QS.Al-A’raf 149-155)
55. dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, Kami tidak
akan beriman kepadamu sebelum Kami melihat Allah SWT dengan terang[dengan mata
kepala.], karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu
menyaksikannya".
56. setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu
bersyukur.
63. dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami
angkatkan gunung (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): "Peganglah
teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada
didalamnya, agar kamu bertakwa".
64. kemudian kamu berpaling setelah (adanya perjanjian) itu, Maka
kalau tidak ada karunia Allah SWT dan rahmatNya atasmu, niscaya kamu tergolong
orang yang rugi.(QS. Al-Baqarah" 55,-56 dan 63- 64)
BANI
ISRA'IL MENGEMBARA TIDAK BERKETENTUAN TEMPAT TINGGALNYA
Tidak kurang-kurang karunia Allah SWT
yang diberikan kepada kaum Bani Isra'il. Mereka telah dibebaskan dari kekuasaan
Fir'aun yang kejam yang telah menindas dan memperhambakan mereka berabad-abad
lamanya. Telah diperlihatkan kepada mereka bagaimana Allah SWT telah
membinasakan Fir'aun , musuh mereka tenggelam di laut. Kemudian tatkala mereka
berada di tengah-tengah padang pasir yang kering dan tandus, Allah SWT telah
memancarkan air dari sebuah batu dan menurunkan hidangan makanan "Manna
dan Salwa" bagi keperluan mereka.
Di samping itu Allah SWT mengutuskan
beberapa orang rasul dan nabi dari kalangan mererka sendiri untuk memberi petunjuk
dan bimbingan kepada mereka. Akan tetapi kurnia dan nikmat Allah SWT yang
susul-menyusul yang diberikan kepada mereka, tidaklah mengubah sifat-sifat
mereka yang tidak mengenal syukur, berkeras kepala dan selalu membangkang
terhadap perintah Allah SWT yang diwahyukan kepada rasul-Nya.
Demikianlah tatkala Allah SWT mewahyukan
perintah-Nya kepada Nabi Musa untuk memimpin kaumnya pergi ke Palestin, tempat
suci yang telah dijanjikan oleh Allah SWT kepada Nabi Ibrahim untuk menjadi
tempat tinggal anak cucunya, mereka membangkang dan enggan melaksanankan
perintah itu. Alasan penolakan mereka ialah karena mereka harus menghadapi suku
"Kana'aan" yang menurut anggapan mereka adalah orang-orang yang kuat
dan perkasa yang tidak dapat dikalahkan dan diusir dengan aduan kekuatan.
Mereka tidak mempercayai janji Allah SWT melalui Musa, bahwa dengan
pertolongan-Nya mereka akan dapat mengusir suku Kan'aan dari kota Ariha untuk
dijadikan tempat pemukiman mereka selama-lamanya.
Berkata mereka tanpa malu, menunjuk sifat
pengejutnya kepada Musa: "Hai Musa, kami tidak akan memasuki Ariha sebelum
orang-orang suku Kan'aan itu keluar. KAmi tidak berdaya menghadapi mereka
dengan kekuatan fizikal kerana mereka telah terkenal sebagai orang-orang yang
kuat dan perkasa. Pergilah engkau berserta Tuhanmu memerangi dan mengusir
orang-orang suku Kan'aan itu dan tinggalkanlah kami di sini sambil menanti
hasil perjuanganmu."
Naik pitamlah Nabi Musa melihat sikap
kaumnya yang pengecut itu yang tidak mau berjuang dan memeras keringat untuk mendapat
tempat pemukiman tetapi ingin memperolehnya secara hadiah atau melalui mukjizat
sebagaimana mereka telah mengalaminya dan banyak peristiwa. Dan yang
menyedihkan hati Musa ialah kata-kata mengejek mereka yang menandakan bahwa
dada mereka masih belum bersih dari benih kufur dan syirik kepada Allah SWT.
Dalam keadaan marah setelah mengetahui bahwa
tiada seorang daripada kaumnya yang akan mendampinginya melaksanakan perintah Allah
SWT itu, berdoalah Nai Musa kepada Allah SWT: "Ya Tuhanku, aku tidak menguasai
selain diriku dan diri saudaraku Harun, maka pisahkanlah kami dari orang-orang
yang fasiq yang mengingkari nikmat dan kurnia-Mu."
Sebagaimana hukuman bagi Bani Isra'il
yang telah menolak perintah Allah SWT memasuki Palestin, Allah SWT mengharamkan
negeri itu atas mereka selama empat puluh tahun dan selama itu mereka akan
mengembara berkeliaran di atas bumi Allah SWT tanpa mempunyai tempat mukim yang
tetap. Mereka hidup dalam kebingungan sampai musnahlah mereka semuanya dan
datang menyusul generasi baru yang akan mewarisi negeri yang suci itu
sebagaimana yang telah disanggupkan oleh Allah SWT kepada Nabi Ibrahim a.s.
Pokok cerita tersebut di atas dikisahkan
oleh Al-Quran dalam surah "Al-Maidah ayat 20 sehingga ayat 26 sebagaimana
berikut :~
20. dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai
kaumku, ingatlah nikmat Allah SWT atasmu ketika Dia mengangkat Nabi Nabi
diantaramu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka, dan diberikan-Nya
kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorangpun diantara
umat-umat yang lain".
21. Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah
ditentukan Allah SWT bagimu [selama beriman], dan janganlah kamu lari
kebelakang (karena takut kepada musuh), Maka kamu menjadi orang-orang yang
merugi.
22. mereka berkata: "Hai Musa, Sesungguhnya dalam negeri itu
ada orang-orang yang gagah perkasa, Sesungguhnya Kami sekali-kali tidak akan
memasukinya sebelum mereka ke luar daripadanya. jika mereka ke luar
daripadanya, pasti Kami akan memasukinya".
23. berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah
SWT) yang Allah SWT telah memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka
dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, Maka bila kamu memasukinya niscaya
kamu akan menang. dan hanya kepada Allah SWT hendaknya kamu bertawakkal, jika
kamu benar-benar orang yang beriman".
24. mereka berkata: "Hai Musa, Kami sekali sekali tidak akan
memasuki nya selama-lamanya, selagi mereka ada didalamnya, karena itu Pergilah
kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, Sesungguhnya Kami hanya
duduk menanti disini saja".
25. berkata Musa: "Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali
diriku sendiri dan saudaraku. sebab itu pisahkanlah antara Kami dengan
orang-orang yang Fasik itu".
26. Allah SWT berfirman: "(Jika demikian), Maka Sesungguhnya
negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka
akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu
bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang Fasik itu."(QS. Al-Maidah ayat 20-26)
Comments :
0 komentar to “Kisah Nabi Musa A.S.”
Posting Komentar