Rabu, 20 Mei 2009

HAKEKAT ULANG TAHUN

HAKEKAT ULANG TAHUN

Saat seseorang menyatakan “ulang tahun” tentang kelahirannya, yang sering kita lihat dengan pesta pora, sebenarnya saat itu berkuranglah 1 tahun jatah umur yang telah ditetapkan oleh Alloh SWT terhadap makhluknya yang berasal dari setetes nutfah namun suka membangkang dan menentang perintah-Nya. Sadar atau tidak, mau atau tidak mau bahkan suka atau tidak, sesungguhnya kita akan binasa atau hancur dan kembali kepada Alloh SWT, karena “Sesunggunya setiap segala sesuatu pasti akan hancur (binasa), QS Al-Qhasash 88,

Bukankah kita sering mengharap dengan harapan yang berlebihan dan bertindak/beraktivitas hingga sering melupakan kewajiban utama manusia yaitu ibadah, tapi sibuk dan paranoid tentang kedudukan, status, jabatan, dan kehormatan di dunia yang belum pasti, sedangkan kita lupa sesuatu yang pasti yaitu mati. Pada dasarnya menikmati dunia, bersenang-senang itu dalam Islam sah-sah dan boleh-boleh saja, asalkan tidak berlebih-lebihan, tidak ada unsur pemaksaan, tidak ada unsur mubazir, tidak melampaui batas atau bahkan menjurus kemaksiatan dan dosa naudzubillah.
Alloh SWT mengingatkan kepada manusia “Dan makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS.
Al-‘Arof: 31)

“Ulang tahun” adalah waktu untuk muhasabah/intropeksi diri bagi seseorang mengenai segala amal yang telah diperbuat selama ini, apakah amal perbuatan tersebut sudah sesuai dengan apa yang di perintahkan oleh Alloh SWT ataukah malah sebaliknya? Rasulullah SAW yang sangat sayang umatnya mengingatkan dalam sebuah hadit yaitu

Dari Syaddan bin Aus ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, Orang yang cerdas itu adalah yang menghitung dirinya di dunia sebelum dihitung di hari kiamat. Dan yang bekerja untuk masa sesudah kematiannya. Dan orang yang lemah itu adalah yang mengikuti hawa nafsunya tapi berharap kepada Allah .
juga Diriwayatkan bahwa Umar ra berkata, Hitung-hitunglah dirimu sebelum kamu dihitung di hari kiamat.

Sedangkan ulama juga selalu mengingatkan diantaranya adalah Maimun bin Mahran juga berkata, Tidaklah seorang hamba Allah itu bertaqwa, kecuali dia menghitung-hitung dirinya sebagaimana dia menghitung rekannya, darimana makannya dan pakaiannya.

namun sering hari dimana “umur dikurangi” bukan dipakai untuk bermuhasabah terhadap apa yang telah diperbuat namun malah justru digunakan untuk hal-hal yang kurang bermanfaat bahkan sampai meninggalkan sholat dan maksiat naudzubillah….
marilah sebelum nafas terhenti, muhasabah mulai dini, insyaallah damai dunia dan ukhrawi.
Wallahu ‘alam bishshawab

Comments :

0 komentar to “HAKEKAT ULANG TAHUN”

Posting Komentar


Hadits tentang Puasa Asyura (Hari kesepuluh bulan Muharram

Berdasarkanbeberapa hadits ditemukan anjuran Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam kepada ummat Islam agar melaksanakan puasa di tanggal sepuluh bulan Muharram. Tanggal sepuluh bulan Muharram biasa disebut Yaum ’Aasyuura (Hari kesepuluh bulan Muharram).

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Seutama-utama berpuasa sesudah bulan Ramadhan ialah dalam bulan Allah yang dimuliakan - yakni Muharram - dan seutama-utama shalat sesudah shalat wajib ialah shaliatullail - yakni shalat sunnah di waktu malam." (Riwayat Muslim)

Suatu ketika Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mendapati kaum Yahudi sedang berpuasa pada hari ’Asyuura. Lalu beliau bertanya mengapa mereka berpuasa pada hari itu. Merekapun menjelaskan bahwa hal itu untuk memperingati hari dimana Allah telah menolong Nabi Musa bersama kaumnya dari kejaran Fir’aun dan balatentaranya. Bahkan pada hari itu pula Allah telah menenggelamkan Fir’aun sebagai akibat kezalimannya terhadap Bani Israil. Mendengar penjelasan itu maka Nabi shollallahu ’alaih wa sallam-pun menyatakan bahwa ummat Islam jauh lebih berhak daripada kaum Yahudi dalam mensyukuri pertolongan Allah kepada Nabi Musa. Maka beliau-pun menganjurkan kaum muslimin agar berpuasa pada hari ’Asyuura.


Selengkapnya

Kisah Nabi Ismail as

Sampai Nabi Ibrahim yang berhijrah meninggalkan Mesir bersama Sarah, isterinya dan Hajar, di tempat tujuannya di Palestina. Ia telah membawa pindah juga semua binatang ternaknya dan harta miliknya yang telah diperolehnya sebagai hasil usaha niaganya di Mesir.
Al-Bukhari meriwayatkan daripada Ibnu Abbas r.a.berkata:
Pertama-tama yang menggunakan setagi {setagen} ialah Hajar ibu Nabi Ismail tujuan untuk menyembunyikan kandungannya dari Siti Sarah yang telah lama berkumpul dengan Nabi Ibrahim a.s. tetapi belum juga hamil. tetapi walaubagaimana pun juga akhirnya terbukalah rahasia yang disembunyikan itu dengan lahirnya Nabi Ismail a.s. .

Berita terbaru


 

Copyright © 2009 by The Power of Hikmah